Jumat 28 Oct 2022 21:32 WIB

Kain Tradisional Batik Kian Tampil Casual di Koleksi BINHouse

Kain batik kian mudah dipadu padankan untuk penampilan kasual.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Nora Azizah
Desainer busana Obin (kiri depan) menyapa penonton dalam acara Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 di Jakarta, Kamis (27/10/2022). Pada hari keempat JFW 2023, BINhouse mempersembahkan koleksi kain-kain tradisional Nusantara bertajuk Lambaian Kain. Republika/Thoudy Badai
Foto: Republika/Thoudy Badai
Desainer busana Obin (kiri depan) menyapa penonton dalam acara Jakarta Fashion Week (JFW) 2023 di Jakarta, Kamis (27/10/2022). Pada hari keempat JFW 2023, BINhouse mempersembahkan koleksi kain-kain tradisional Nusantara bertajuk Lambaian Kain. Republika/Thoudy Badai

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjuntai koleksi atasan dan bawahan dengan kain tradisional BINHouse, dalam tema ‘Lambaian Kain’ di Jakarta Fashion Week (JFW) 2023. Ada yang unik pada model-model yang melenggang di atas panggung catwalk, hingga pakaian yang disuguhkan sangat edgy.

Satu per satu model, memadupadankan kain tradisional motif batik sebagai bawahan dengan atasan berbagai mode. Hampir semua looks memakai sepatu kets sehingga tampilan terlihat casual, sederhana, tapi tetap nyentrik.

Baca Juga

Memasang wajah angkuh dan melirik rekan dengan sinis, juga menjadi sesuatu yang berbeda dalam show BINHouse. Lagu-lagu yang diputar pun juga sangat mendukung hingga diperdengarkan “Someone Like You” versi keroncong ibu kota.

Kepala Marketing dan Pemasaran BINHouse, Airlangga Sjah Komara, mengatakan, telah melakukan riset terlebih dahulu untuk menampilkan ‘Lambaian Kain’ dalam keikutsertaan mereka di JFW yang kesepuluh kali ini.

“Saya observe. Ada pergerakan, ada komunitas yang lebih comfortable memakai kain,” ucap dia kepada awak media di JFW yang berlokasi di Pondok Indah Mall 3 Jakarta, Kamis (27/10/2022), sebelum show dimulai.

Seiring berjalannya waktu, batik tak hanya dikenakan untuk acara tertentu saja. Batik telah menjadi gaya hidup sehari-hari banyak orang utamanya anak muda, sehingga memadukan kain batik dengan sepatu kets sudah cukup sering terlihat di berbagai daerah.

“Itu kita senang melihatnya. Itu bisa jadi sesuatu yang normal. Itu mesti ke diri masing-masing, harus dari orangnya yang merasa nyaman, bukan lagi terpaku dengan pakem kalau pakai kain batik untuk pergi ke sini (suatu acara). Terus terang, lima hingga 10 tahun ini ada dan terus berkembang,” ucap pria yang juga akrab disapa Elang.

Yang tampak jelas dalam pertunjukan BINHouse tahun ini, juga pada warna-warna yang sengaja ditabrak. Kain batik abu-putih dengan kebaya ungu dan outer putih, atau kain batik hitam dengan kebaya merah muda, atau kain batim coklat dengan kebaya hijau neon, serta tabrakan warna lainnya yang tetap terlihat menyatu.

Dari puluhan looks yang ditampilkan, satu di antaranya adalah looks pria dan ia menari mengiringi para model wanita. Dengan selendang merah yang terus ia mainkan, ia memakai bawahan hitam dengan atasan bertema merah putih, ada sedikit sentuhan dance sensual yang cukup menarik.

Elang juga meyakini batik akan terus jika selama komunitas masih eksis dan pengrajin batiknya masih lestari. “Itu (batik) akan terus ada,” kata dia sembari mengucap rasa senang atas kesempatan kembali di panggung JFW.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement