Rabu 12 Oct 2022 01:30 WIB

Gangguan Ginjal Akut Serang Anak, Waspada Apabila Volume Urine Berkurang

Gangguan ginjal akut pada anak ditandai volume urine berkurang.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Nora Azizah
Gangguan ginjal akut pada anak ditandai volume urine berkurang.
Foto: www.freepik.com
Gangguan ginjal akut pada anak ditandai volume urine berkurang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI Eka Laksmi Hidayati mengungkapkan gejala umum yang dialami anak saat terkena gangguan ginjal akut misterius. Menurut dia, sebagian besar anak menunjukan gejala yang cenderung seragam.

Awalnya, adalah diawali adanya infeksi, setelah itu anak akan mengalami penurunan volume dan frekuensi buang air kecil. Puncaknya adalah anak tidak bisa melakukan buang air kecil.

Baca Juga

Beberapa anak ada juga yang mengalami batuk, pilek, muntah dalam beberapa hari. Kemudian dalam tiga sampai lima hari mendadak tidak ada urine.

“Tidak bisa buang air kecil, betul-betul hilang sama sekali urinenya. Anak-anak ini hampir semuanya datang dengan keluhan tidak bisa buang air kecil atau buang air kecilnya sangat sedikit," ungkapnya dalam konferensi pers secara daring, Selasa (11/10/2022).

“Jadi perlu waspada jika ada penurunan volume buang air kecil pada anak maka harus segera dibawa ke rumah sakit," tegasnya.

Sejak Agustus 2022, pihaknya melihat ada lonjakan kasus anak-anak yang dibawa ke rumah sakit dengan keluhan gangguan ginjal akut misterius. Menurutnya penyakit gangguan ginjal akut misterius ini sama seperti hepatitis akut misterius yang belum diketahui penyebabnya.

“Kami awalnya merasa heran kok ini aneh ya, anak-anak mengalami kondisi serupa. Kami melihat lonjakan paling banyak terjadi pada September. Oktober ada 9 kasus hingga saat ini,” ungkapnya

Sebagian, anak yang terkena adalah kelompok usia bawah lima tahun (balita). Namun, ada pula yang berusia 8 tahun khususnya bagi kasus di Jakarta.

“Kalau data Indonesia, kurang lebih sama yaitu balita, tapi di luar Jakarta ada yang belasan tahun. Di Jakarta kami belum menemukan kasus yang di atas 8 tahun,” terangnya.

Eka menambahkan, gejala gangguan ginjal akut misterius juga seringkali muncul dibarengi dengan beberapa penyakit lain. Seperti saat diare, anak akan kehilangan cairan sehingga mengalami dehidrasi hebat. Gangguan ginjal akut misterius ini dapat pula terjadi pada anak yang mengalami pendarahan hebat atau dengue hebat.

“Nah kondisi-kondisi seperti itu, di mana terjadi kekurangan cairan yang masuk ke ginjal maka itu akan menyebabkan gangguan ginjal akut misterius. Ada juga yang sering menjadi penyebab adalah infeksi yang berat,” katanya.

Namun, pada anak-anak yang menjadi pasien gangguan ginjal akut misterius sekarang ini, tidak ada alasan atau penyebab yang jelas yang dikeluhkan sebelum terjadi gangguan ginjal akut. Bahkan, dalam wawancara dengan beberapa orang tua, mengeluhkan adanya penurunan jumlah urine pada anak.

“Dalam wawancara dengan orangtuanya ini tidak jelas dan cenderung tiba-tiba mengalami penurunan jumlah urine. Jadi kami belum mendapatkan penyebabnya,” terangnya.

IDAI telah melakukan investigasi data secara lengkap penyebab gangguan ginjal akut misterius. Namun, menurut Eka, berdasarkan data yang didapat belum mengarah ke satu titik. Padahal, investigasi dilakukan secara lengkap.

“Sejauh ini kami tidak mendapatkan data yang konsisten yang mengarah pada penyebab anak-anak ini mengalami gejala gangguan ginjal akut misterius ini," kata dia.

Sementara itu, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menuturkan bahwa tim kedokteran RSCM sudah turun untuk menganalisa penyakit mendadak tersebut. "Sedang diteliti dokter-dokter RSCM," kata Budi di Istana Presiden Jakarta, Selasa (11/10/2022).

Budi mengaku, dirinya sudah mendengar bahwa ada kesimpulan penelitian soal kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak. Pemerintah akan mengumumkan pada pekan ini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement