Dikutip dari keterangan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, gas air mata adalah adalah senyawa kimia yang digunakan untuk mengendalikan kerusuhan atau membubarkan massa. Senyawa dari gas air mata adalah chloroacetophenone (CN) dan chlorobenzylidenemalononitrile (CS).
Efek yang muncul pada mata, adalah produksi air mata yang berlebihan, rasa terbakar, pandangan buram, dan mata merah. Pada hidung, gas air mata menyebabkan ingus yang berlebih, rasa terbakar, dan pembengkakan.
"Saat terkena area mulut, gas air mata menyebabkan rasa terbakar, iritasi, kesulitan menelan dan air liur berlebih," jelas CDC.
Sementara bila terhirup dan masuk ke dalam paru-paru, gas air mata menyebabkan sesak dada, batuk-batuk, sensasi tercekik, napas pendek, dan napas berbunyi. Pada kulit, gas air mata bisa menyebabkan ruam hingga luka bakar
Selain itu, gas air mata juga bisa menyebabkan mual dan muntah. Bila terkena dalam waktu yang lama gas air mata bisa menyebabkan efek yang lebih serius.
Gas air mata digunakan aparat saat membubarkan suporter yang rusuh di Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur (Jatim). Berdasarkan data Polres Malang, jumlah korban meninggal dunia menjadi 129 orang.
Insiden berawal ketika suporter Arema memaksa masuk ke lapangan usai tim kesayangannya kalah 2-3 dari Persebaya Surabaya dalam laga Liga 1 2022/2023. Bentrok pun tak bisa dihindari dan polisi menghalaunya dengan melepaskan tembakan gas air mata.
Tembakan gas air mata diduga membuat banyak suporter pingsan dan sulit bernapas. Banyaknya suporter yang membutuhkan bantuan medis tidak sebanding dengan jumlah tenaga medis yang disiagakan di Stadion Kanjuruhan.