REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seekor lumba-lumba ditemukan mati akibat flu burung di Florida. Ini merupakan kali pertama kasus flu burung ditemukan pada spesies tersebut.
Kasus kematian lumba-lumba di Florida ini merupakan kasus kematian hewan cetacea kedua akibat flu burung. Cetacea merupakan kelompok mamalia laut yang terdiri dari lumba-lumba, porpoise, dan paus.
Sekitar satu pekan sebelumnya, otoritas Swedia juga melaporkan temuan kasus kematian hewan cetacea akibat flu burung. Kasus tersebut mengenai seekor porpoise yang terdampar di dekat perairan.
Berdasarkan hasil tes, kedua mamalia laut tersebut positif terinfeksi oleh strain virus flu burung yang sama. Strain ini dikenal dengan nama Eurasian H5N1.
Menurut data, strain Eurasian H5N1 memang beredar luas di antara burung-burung yang ada di Amerika Utara dan Eropa. Virus ini diketahui bisa menyebar ke berbagai jenis hewan lain yang tak biasa, seperti rubah, bobcat, sigung, dan anjing laut. Akan tetapi, infeksi Eurasian H5N1 tak pernah ditemukan pada hewan cetacea sebelumnya.
Untuk saat ini, para ahli masih belum bisa menentukan seberapa umum kasus flu burung pada hewan cetacea. Akan tetapi, temuan dua kasus flu burung pada dua jenis hewan cetacea berbeda dan di dua benua berbeda mengindikasikan bahwa ada lebih banyak kasus serupa yang belum terdokumentasikan.
"Hampir bisa dipastikan (ada kasus-kasus lainnya)," jelas ahli virologi influenza dari St Jude Children's Research Hospital, Richard Webby, seperti dilansir Indian Express, Senin (12/9/2022).
Para ahli menekankan bahwa risiko penularan flu burung pada manusia masih relatif rendah. Akan tetapi, potensi penyebaran virus Eurasian H5N1 pada spesies baru tak bisa diremehkan.
Penyebaran virus pada spesies-spesies baru bisa membawa ancaman bagi kelangsungan hidup berbagai satwa liar. Selain itu, penyebaran virus ke berbagai spesies berbeda dapat memberikan peluang bagi Eurasian H5N1 untuk bermutasi dan beradaptasi pada inang mamalia.