Senin 05 Sep 2022 17:42 WIB

5 Mitos Cacar Monyet, Anda Juga Sempat Percaya?

Ada beragam mitos cacar monyet yang menyebar luas di masyarakat.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang dokter menunjukkan lesi pada kaki pasien cacar monyet di RS Arzobispo Loayza di Lima, Peru, Selasa, 16 Agustus 2022. Mitos tentang penyakit menular seperti cacar monyet dapat berdampak besar pada upaya kesehatan masyarakat.
Foto:

3. Mitos: Cacar monyet hanya memengaruhi populasi tertentu

Monkeypox terutama menyebar di antara pria yang berhubungan seks dengan pria, individu non-biner, dan wanita transgender yang berhubungan seks dengan pria. Risikonya memang paling besar di antara orang-orang dengan banyak pasangan seksual, tetapi siapa pun dapat tertular.

Virus monkeypox tampaknya berkembang biak dalam jaringan sosial tertentu karena memiliki lebih banyak peluang untuk menyebar melalui kontak dekat. Namun, bukan berarti virus itu tidak bisa masuk ke kalangan lain.

"Virus ini dapat ditularkan dari orang ke orang melalui kontak antarkulit yang dekat, tidak peduli apa aktivitas atau jenis kelamin orang tersebut," kata Salinas.

4. Mitos: Cacar monyet adalah penyakit baru

Penyakit ini pertama kali diidentifikasi pada akhir 1950-an dan menjadi endemik di beberapa negara Afrika Barat dan Tengah. AS telah menyaksikan kasus sporadis di masa lalu ketika orang bepergian ke daerah itu atau terkena dari hewan impor yang terinfeksi.

"Sebagian besar insiden belum menular seperti baru-baru ini, tapi cacar monyet sudah ada sejak lama namun belum sempat menyebar ke seluruh populasi seperti sekarang," ujar Baumgarten.

5. Mitos: Tingkat kematian rendah, cacar monyet tidak perlu dianggap serius

Secara umum, sangat sedikit orang yang meninggal karena cacar monyet.Data kasus dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menunjukkan bahwa tidak ada kematian cacar monyet yang dikonfirmasi dalam wabah AS saat ini.

"Strain yang beredar saat ini tidak terlalu mematikan, dan tingkat kematian di masa lalu kurang dari satu persen," kata Baumgarten.

Sebagian besar orang yang tertular cacar monyet tidak perlu dirawat di rumah sakit dan dapat mengatasi gejalanya dari rumah, yang biasanya meliputi demam, nyeri tubuh, dan lesi kulit yang menyakitkan. Meskipun penyakit ini biasanya tidak mengancam jiwa, cacar monyet tetap bisa berbahaya. Dalam kasus tertentu, lesi dapat menyebabkan masalah penglihatan atau masalah dengan buang air kecil dan besar.

"Secara klinis ringan karena orang tidak mati atau perlu dirawat di rumah sakit. Tetapi pada saat yang sama, itu bisa menjadi masalah serius," ujar Salinas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement