REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika kasus cacar monyet meningkat di banyak negara, ada berbagai kesalahpahaman tentang bagaimana penyakit itu menyebar, siapa yang terinfeksi, dan seberapa mematikannya. Mitos tentang penyakit menular dapat berdampak besar pada upaya kesehatan masyarakat.
"Kita harus tetap berpegang pada sains," kata Jorge Salinas selaku ahli epidemiologi rumah sakit di Stanford University, California, AS, dilansir Huffpost, Senin (5/9/2022).
Berikut lima misinformasi monkeypox yang beredar di masyarakat:
1. Mitos: Cacar monyet hanya menyebar melalui seks
Meskipun cacar monyet tidak dianggap sebagai infeksi menular seksual, penyakit ini terutama menyebar melalui kontak dekat dan intim. Namun, virus monkeypox tidak hanya menyebar melalui hubungan seks.
Penularan cacar monyet membutuhkan kontak antarkulit yang berkepanjangan, yang dapat Anda lakukan dengan atau tanpa hubungan seks. Memeluk atau bahkan menyentuh tempat tidur dan barang-barang lain yang digunakan oleh penderita cacar monyet dapat membahayakan.
2. Mitos: Cacar monyet sama seperti Covid-19
Sementara Covid-19 dapat dengan mudah tertular melalui aerosol di udara, direktur medis pengendalian dan pencegahan infeksi di Ochsner Health, Katherine Baumgarten, mengatakan cacar monyet lebih sulit menular lewat cara itu. Cacar monyet membutuhkan kontak lama dan dekat dengan lesi kulit orang yang terinfeksi, tetesan pernapasan yang besar (droplet), atau benda yang terkontaminasi.
Salinas tidak yakin cacar monyet mampu menyebabkan kekacauan yang sama seperti Covid-19. Virus pandemi cenderung merupakan virus pernapasan sangat menular yang dapat menyebar pada fase pragejala, yang membuatnya sulit dikendalikan. Namun, cacar monyet masih menjadi masalah kesehatan masyarakat, dan harus mengambil tindakan pencegahan.
"Saya tidak mengatakan cacar monyet mudah dikendalikan, tetapi tidak sesulit itu seperti virus pernapasan," ujar Salinas.