REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kasus strok tampak mengalami peningkatan pada kelompok usia yang lebih muda. Model Hailey Bieber misalnya, terkena strok di usia 25 tahun, dan rapper Kid Cudi terserang kondisi yang sama di usia 32 tahun.
Berkaitan dengan hal ini, orang-orang berusia muda tampaknya perlu memiliki pemahaman yang baik mengenai strok. Kemampuan untuk mengenali tanda-tanda strok bisa membantu meningkatkan harapan hidup dan mengurangi risiko komplikasi, termasuk potensi disabilitas.
Apa Itu Strok?
Strok bisa terjadi karena dua hal. Yang pertama adalah penyumbatan di pembuluh darah otak, sedangkan yang kedua pecahnya pembuluh darah otak.
Ketika strok terjadi, aliran darah ke sebagian area otak akan terhambat. Kondisi ini akan menyebabkan kematian pada jaringan otak dan sel-sel saraf yang tak mendapatkan pasokan darah, dalam waktu minimal tiga menit. Kondisi tersebut dapat menyebabkan komplikasi seperti kelumpuhan, sulit berkomunikasi, kebas, kehilangan penglihatan, penurunan daya ingat, atau masalah emosi.
Gejala Strok
Semakin cepat strok ditangani, semakin besar kesempatan pasien untuk terhindar dari kematian atau cedera permanen. Oleh karena itu, orang yang mengalami gejala strok sebaiknya segera mencari pertolongan medis.
Berikut ini adalah beberapa gejala yang dapat menjadi indikator strok menurut Mayo Clinic.
1. Kesulitan berjalan. Penderita mungkin mengalami kesulitan dalam hal koordinasi dan keseimbangan, atau tiba-tiba merasa pening.
2. Masalah penglihatan. Masalah ini bisa berupa pandangan kabur, objek terlihat ganda, atau pandangan menggelap.
3. Sakit kepala. Pada strok, keluhan sakit kepala bisa disertai dengan gejala lain seperti muntah atau pening.
4. Lumpuh atau kebas di area wajah, lengan, atau kaki. Gejala ini bisa terjadi hanya pada satu sisi tubuh. Pada wajah, gejala ini bisa terlihat jelas ketika penderita tersenyum, di mana salah satu sisi bibir penderita akan terlihat lebih turun.
5. Masalah komunikasi. Gejala ini bisa berupa kesulitan untuk memahami ucapan lawan bicara atau kesulitan untuk berbicara dengan jelas.
Penyebab Strok
Seperti dilansir PopSugar, Sabtu (27/8/2022), ada tiga jenis strok yang utama. Ketiga jenis strok ini dipicu oleh penyebab yang berbeda.
1. Strok hemoragik. Strok ini terjadi ketika pembuluh darah di otak pecah dan menyebabkan perdarahan mendadak. Menurut Cleveland Clinic, strok hemoragik merupakan jenis strok yang paling serius. Strok hemoragik bisa terjadi di jaringan dalam otak atau di antara otak dan tengkorak.
2. Strok iskemik. Jenis strok ini terjadi ketika pembuluh darah otak mengalami penyumbatan. Sumbatan ini bisa berasal dari gumpalan darah yang terbentuk di dalam pembuluh darah otak atau gumpalan darah yang terbentuk di area lain dan berjalan menuju otak. Menurut Cleveland Clinic, sekitar 87 persen kasus strok merupakan kasus iskemik.
3. Serangan iskemik transien (TIA). Jenis strok ini juga dikenal dengan istilah awam sebagai strok ringan. TIA merupakan kondisi di mana gejala-gejala stroke muncul namun bersifat sementara. Selain itu, TIA juga tidak sampai menyebabkan kematian sel otak, sehingga tak ada dampak kerusakan jangka panjang. Meski disebut "ringan", TIA tak boleh disepelekan karena kondisi ini bisa menjadi peringatan serius akan terjadinya strok. Seperti diungkapkan Cleveland Clinic, sekitar satu dari tiga orang yang mengalami strok.
Pengobatan Paling Efektif
Ada beberapa terapi yang bisa diberikan untuk mengobati strok. Pada TIA, dokter mungkin akan meresepkan obat tertentu untuk menurunkan kemungkinan terbentuknya bekuan darah di kemudian hari. Operasi atau angioplasti juga mungkin direkomendasikan untuk membersihkan arteri.
Pada strok iskemik, prioritas utama pengobatan adalah mengembalikan aliran darah ke otak. Ini bisa dilakukan melalui pemberian obat. Prosedur endovaskular darurat juga mungkin dilakukan untuk mengangkat sumbatan atau menyalurkan obat langsung ke otak melalui kateter.
Untuk strok iskemik, terapi akan berfokus untuk mengelola perdarahan dan mengurangi tekanan di otak. Bergantung pada situasi, pasien mungkin akan diberikan pengencer darah atau obat lain untuk menurunkan tekanan di otak. Operasi juga bisa dilakukan untuk mengangkat bekuan darah yang menyumbat atau memperbaiki pembuluh darah.
Setelah pengobatan, sebagian besar pasien strok akan membutuhkan rehabilitasi. Jenis rehabilitasi yang akan diberikan bergantung pada tingkat keparahan strok, usia, kesehatan, serta disabilitas yang disebabkan strok.