Menurut Ivan, Indonesia memiliki kekayaan wastra. Hanya saja, harga satu lembar kain wastra yang dibuat dengan tangan oleh perajin masih relatif mahal sehingga biasanya hanya konsumen kalangan menengah atas yang mampu membeli.
"Kalau kami menggunakan wastra, batik saja selembar sudah Rp 3,5 juta, songket selembar Rp 6 juta sampai Rp 7 juta, yang bisa membeli karya kami hanya di kalangan menengah ke atas, sedangkan market kami ini dari kalangan A sampai Z," kata Ivan.
Ivan mengatakan bahwa para pelaku bisnis fashion juga harus menargetkan pasar untuk konsumen menengah mengingat luasnya komunitas muslim yang ada di Indonesia. Sementara itu, desainer Ria Miranda juga mengalami kesulitan yang serupa terkait ketersediaan bahan baku.
Jenama Ria Miranda yang dikembangkannya konsisten dengan "Minang heritage". Jenama ini menggunakan bahan yang dibuat perajin di Sumatra Barat, namun karena berbagai hambatan pada akhirnya Ria beralih ke kain printing.
"Sebenarnya ingin banget bisa angkat songket asli dan tenun asli dari berbagai daerah, cuma koneksinya belum ada ke daerah masing-masing," kata Ria.