Ahad 21 Aug 2022 23:13 WIB

Khawatir Tertular Cacar Monyet? Ini Kata Dokter

Cacar monyet dapat menular melalui berbagai cara, utamanya kontak langsung.

Rep: Meiliza Laveda, Alkhaledi Kurnialam/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang dokter menunjukkan luka di tangan pasien yang disebabkan oleh cacar monyet di rumah sakit Arzobispo Loayza di Lima, Peru, Selasa, 16 Agustus 2022. Kuba juga telah mengonfirmasi kasus pertama cacar monyet dari turis yang datang dari Italia
Foto: AP Photo/Martin Mejia
Seorang dokter menunjukkan luka di tangan pasien yang disebabkan oleh cacar monyet di rumah sakit Arzobispo Loayza di Lima, Peru, Selasa, 16 Agustus 2022. Kuba juga telah mengonfirmasi kasus pertama cacar monyet dari turis yang datang dari Italia

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Temuan kasus pertama cacar monyet  di Indonesia membuat sebagian masyarakat menjadi khawatir. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengatakan pasien itu adalah pria berusia 27 tahun asal DKI Jakarta yang memiliki riwayat perjalanan ke luar negeri.

Menanggapi ini, Kepala Instalasi Promosi Kesehatan RSUD Dr Saiful Anwar, Jawa Timur, Dr dr Dhelya Widasmara SpKK(K) mengungkap, ada sejumlah cara yang bisa dilakukan untuk mencegah cacar monyet. Pertama, hindari kontak dengan orang yang terinfeksi.

Baca Juga

"Hindari kontak langsung atau tindakan perawatan terhadap hewan, baik hidup maupun mati yang diduga sebagai perantara penularan virus monkeypox, seperti hewan pengerat, misalnya tikus, tupai, dan primata," kata Dhelya yang juga dosen Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya kepada Republika.co.id, Ahad, (21/8/2022).

Cara penularan cacar monyet ke manusia bisa melalui beberapa hal. Pertama, kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi melalui gigitan, cakaran, atau melalui kontak dengan cairan tubuh hewan yang terinfeksi.

Kedua, kontak langsung dengan manusia yang terinfeksi. Penularan dari manusia ke manusia dapat melalui aerosol (saluran pernapasan), cairan tubuh, atau lesi kulit orang yang terinfeksi.

"Orang dengan monkeypox menular ketika bergejala, biasanya antara dua sampai empat pekan. Ibu hamil yang terkena terinfeksi bisa menularkan cacar monyet ke janinnya," kata Dhelya.

Menurut Dhelya, mereka yang memiliki banyak luka di tubuhnya bisa berisiko lebih besar tertular monkeypox. Virus dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit yang luka atau terbuka (walaupun tidak terlihat), saluran pernapasan, atau selaput lendir (mata, hidung, atau mulut).

"Itu yang membuat orang yang memiliki banyak luka ditubuhnya lebih tinggi berisiko tertular monkeypox," ujar dia.

photo
Beda cacar monyet dan cacar air. - (Republika)

Penularan juga dapat terjadi melalui benda yang terkontaminasi oleh virus cacar monyet. Orang bisa saja tertular setelah menyentuh pakaian, tempat tidur, handuk, atau peralatan makan atau piring yang telah terkontaminasi virus dari orang yang terinfeksi.

"Namun, ini jarang terjadi," tuturnya.

Pencegahan penularan

Selain menghindari kontak, Dhelya mengimbau agar masyarakat menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Misalnya dengan mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer setelah kontak dengan lingkungan luar dan menggunakan masker dengan benar saat berada di luar rumah.

Dhelya menganjurkan masyarakat untuk tidak mengonsumsi daging hewan yang kurang matang. Sebaiknya, masak daging hewan sampai matang dan hindari konsumsi hewan buas.

Selain itu, bagi para pelaku perjalanan yang datang dari wilayah terjangkit cacar monyet, Dhelya meminta agar mereka segera melakukan pemeriksaan.

Penyakit menular seksual baru?

Sementara itu, seorang dokter asal Nigeria, Dimie Ogoina, yang merawat pasien selama wabah cacar monyet pada 2017 di negaranya mengatakan bahwa virus monkeypox sekarang telah menunjukkan semua tanda-tanda penyakit menular seksual (PMS). Ogoina merupakan dokter yang menangani kasus cacar monyet pertama di Nigeria dalam hampir 40 tahun.

Pada 2017, seorang anak laki-laki berusia 11 tahun datang kepadanya dengan ruam seperti cacar air. Ogoina mengatakan dia belum pernah melihat kasus cacar monyet secara langsung. Dia hanya melihat kasus itu melalui gambar.

Ogoina menemukan kasus cacar monyet pertama yang terdokumentasi pada manusia pada tahun 1970-an di antara anak-anak dari Kongo, Liberia, dan Sierra Leone. Sebelum itu, para ilmuwan mendeteksi kasus pertama pada monyet di fasilitas hewan di Kopenhagen, Denmark, pada 1958. Dari situlah, penyakit ini mendapatkan nama "cacar monyet".

Namun, pada 2017, Ogoina yang merupakan seorang profesor kedokteran dan penyakit menular di Niger Delta University memperhatikan bahwa bocah lelaki berusia 11 tahun itu tidak melakukan kontak dengan hewan. Virus itu menyebar di antara keluarganya. Pertama menginfeksi pamannya, kemudian menyebar ke ibu, ayah, dan adik laki-lakinya.

Setelah mengirimkan sampel lesi anak laki-laki itu ke laboratorium di Senegal, Ogoina mengonfirmasikan kecurigaannya, yakni bahwa anak laki-laki itu terjangkit kasus cacar monyet pertama di Nigeria dalam 38 tahun. Wabah pada 2017 itu kemudian tumbuh menjadi 200 kasus yang dikonfirmasi di Nigeria.

Sejak itu, virus cacar monyet berubah dari penyakit langka menjadi endemik di Afrika dengan kasus menyebar terutama di kalangan pria muda, gay, dan biseksual. Meskipun virus ini bukan endemik di AS, Ogoina mengatakan kepada Fox News bahwa menurut pendapatnya, virus itu menunjukkan tanda-tanda menjadi "PMS yang sudah tak terbantahkan".

"Ini berarti virus menyebar di antara populasi AS seperti penyakit lain, seperti klamidia, gonore, atau HIV," ujar Ogoina.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement