Rabu 17 Aug 2022 11:45 WIB

Makna di Balik Pakaian Adat Banten yang Dikenakan Wapres Ma'ruf Amin

Wapres Ma'ruf Amin dan istri mengenakan pakaian adat Banten ke Istana.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Reiny Dwinanda
Wakil Presiden Maruf Amin beserta istrinya Wury Maruf Amin mengenakan pakaian adat dari Provinsi Banten saat menghadiri upacara peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI, Rabu (17/8/2022).
Foto: Dok BPMI/Setwapres
Wakil Presiden Maruf Amin beserta istrinya Wury Maruf Amin mengenakan pakaian adat dari Provinsi Banten saat menghadiri upacara peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI, Rabu (17/8/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Ma'ruf Amin dan isrinya Wury Ma'ruf Amin mengenakan pakaian adat dari provinsi Banten saat menghadiri upacara peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI di halaman Istana Merdeka. Busana tersebut merupakan pakaian adat tanah kelahiran Wapres.

Tiba di Istana Merdeka sekitar pukul 09.45 WIB, Wapres mengenakan atas iket lomar bermotif tapak kebo, baju dalam putih berkerah tinggi, jas hitam bermotif daun hanjuang emas, kain samping bermotif serupa iket, serta celana dan sepatu hitam. Sementara itu, Wury mengenakan kebaya putih dipadu kerudung hitam berbalut putih, serta selendang dan bawahan hitam bermotif batik emas.

Baca Juga

"Persiapan biasa dan memang sudah beberapa hari sudah disiapkan pakaiannya sehingga tadi pagi tinggal menggunakan saja," kata Wapres saat tiba di Istana Merdeka Jakarta, Rabu (17/8/2022).

Berdasarkan keterangan Sekretariat Wakil Presiden, pakaian adat Banten lengkap yang dikenakan Wapres memiliki arti filosofis pada setiap bagiannya. Iket Lomar dengan motif tapak kebo atau garuda yaksa berwarna emas diambil dari suku Baduy.

Motif tapak kebo atau garuda yaksa melambangkan kegigihan dalam bekerja. Adapun warna emas melambangkan kedalaman hati, budi pekerti, dan kecemerlangan pikiran dalam menatap masa depan.

Selain itu, emas juga menjadi lambang kemewahan, kekayaan, dan kesetiaan. Emas pun merujuk pada makna kemakmuran, kesehatan, dan kegembiraan masyarakat Banten.

Lalu, baju dalam berwarna putih dengan kerah shanghai (seperti baju koko) melambangkan religiusitas dan kebhinekaan masyarakat Banten. Warna putihnya melambangkan kesucian, keikhlasan, kebersihan, dan ketepatan.

Sementara kancing bulat pada baju ini melambangkan kebulatan tekad dalam berkarya melaksanakan tugas dan kewajiban. Sementara itu, jas hitam bermotif daun hanjuang (cordyline fruticosa) berwarna emas melambangkan ketangguhan masyarakat Banten dalam bertahan hidup.

Warna hitam pada jas ini melambangkan kekuatan, keanggunan, keteguhan, kecanggihan, dan ketenangan masyarakat. Sedangkan daun hanjuang melambangkan perjuangan, sebab tanaman monokotil ini dapat hidup di mana saja dan sering dipakai sebagai tanaman pembatas atau tanaman pelindung, baik di perkebunan, ladang, atau sawah penduduk.

Lantas, samping atau kain pinggang dengan motif serupa dengan iket melambangkan kondisi Banten yang gemah ripah loh jinawi. Kain ini juga melambangkan masyarakat Banten yang mampu mengencangkan perut atau hidup dalam kesederhanaan.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement