REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Director Consumer Insights Nielsen Indonesia Inggit Primadevi mengatakan anak muda Indonesia tampak memiliki optimisme terhadap kondisi finansialnya. Hanya saja, optimisme terhadap keuangan yang sehat pada masa depan tidak dibarengi dengan perencanaan dan tindakan untuk mencapai target itu.
"Sebanyak 42 persen anak muda kita banyak yang pede terhadap kondisi finansialnya, namun sayangnya itu tidak dibarengi perilaku yang mendukung niatnya tersebut," ujar Inggit dalam konferensi pers peluncuran OCBC NISP Financial Fitness Index 2022 di Jakarta, Senin (15/8/2022).
Inggit mengatakan 80 persen anak muda belum melakukan pencatatan anggaran, hanya 26 persen yang memiliki dana darurat, dan hanya sembilan persen yang memiliki produk investasi, seperti reksadana, saham dan tabungan berjangka. Ia menyebut hanya 17 persen anak muda yang memiliki pendapatan pasif, delapan persen yang menggunakan uang sesuai anggaran, dan 22 persen yang memahami produk investasi yang mereka miliki.
Lalu, menurut Inggit, sebanyak 35 persen anak muda masih sering meminjam uang kepada pihak keluarga atau teman. Di samping itu, 58 persen terindikasi semakin sering membayar minimum payment dari tagihan kartu kredit, dan 78 persen tidak memahami manfaat dan risiko dari produk investasi.
"Mereka cenderung berinvestasi karena mengikuti tren di masyarakat dan menganggap investasi adalah cara cepat untuk mendapatkan keuntungan yang besar." ujar Inggit.