REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar kesehatan Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, penguatan edukasi mengenai cacar monyet merupakan langkah tepat guna meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai penyakit tersebut. "Penguatan edukasi sangat penting agar masyarakat memahami dan pada akhirnya ikut berperan aktif bersama-sama pemerintah melakukan langkah-langkah pencegahan," katanya ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat (12/8/2022).
Direktur Pascasarjana Universitas YARSI itu menambahkan edukasi dan sosialisasi harus berjalan beriringan dengan penguatan sistem surveilans atau pengamatan secara terus menerus tentang data penyakit cacar monyet. "Sejauh ini upaya sosialisasi dan edukasi telah berjalan dengan baik, namun tentunya harus terus ditingkatkan seiring dengan upaya penguatan surveilans," katanya.
Menurutnya, upaya pemerintah dalam melakukan upaya antisipasi penyakit cacar monyet perlu diapresiasi. "Pemerintah telah melakukan langkah-langkah cepat dalam mencegah penyakit yang saat ini sudah menyebar di banyak negara termasuk di kawasan Asia," katanya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran UI mencontohkan bahwa pemerintah saat ini memperluas jaringan laboratorium penelitian genom sekuensing penyakit cacar monyet atau Monkeypox di sepuluh kota besar di Indonesia.
"Perluasan jaringan ini merupakan hal yang sangat diperlukan dalam mendukung mitigasi penyebaran penyakit cacar monyet," katanya.
Mantan Direktur Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) Asia Tenggara itu juga menambahkan perluasan jaringan perlu disertai dengan peningkatan mutu dan pengelolaan. "Perluasan jaringan ini sangat bagus, tentunya diharapkan dengan terus meningkatkan kualitas mutu dan pengelolaan jaringan rujukan laboratorium dengan baik," katanya.
Sementara itu, sebelumnya, Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI Maxi Rein Rondonuwu mengatakan semua Balai Teknik Kesehatan Lingkungan (BTKL) dipakai untuk laboratorium cacar monyet.
"Ada di Medan, Palembang, Kalimantan, Banjarmasin, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Ambon, Manado, dan Makassar," katanya.
Dia mengatakan, pemanfaatan fasilitas BTKL sebagai laboratorium penelitian virus Monkeypox menambah jumlah jejaring laboratorium yang sebelumnya hanya tersedia dua unit, masing-masing di Laboratorium Pusat Studi Satwa Primata di Bogor dan Laboratorium Penelitian Penyakit Infeksi Prof. dr. Sri Oemijati di Jakarta.