Menurut Prof Tjandra masyarakat tidak perlu khawatir berlebihan dengan adanya subvarian baru tersebut. Sebab, mutasi virus penyebab Covid-19 akan ada dari waktu ke waktu.
"Tetapi, perkembangan ini juga tidak boleh dianggap remeh, perlu diperiksa dengan amat cermat tentang kemungkinan ada tidaknya BA.4.6 di Indonesia, apalagi di tengah kenaikan kasus sekarang ini," kata Guru Besar Paru dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu.
Dihubungi secara terpisah, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan hingga saat ini subvarian BA.4.6 belum terdeteksi di Indonesia. Yang baru ada di Indonesia adalah subvarian omicron BA.4 dan BA.5.
"Kedua subvarian yang memicu kenaikan kasus belakangan ini, serta omicron BA.2.75," katanya.
Ikuti Whatsapp Channel Republika
