REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian oleh tim dari Portugal mengungkapkan bahwa mereka yang telah divaksinasi memiliki peluang tujuh persen untuk dirawat di rumah sakit dari subvarian BA.2. Namun, ini naik menjadi 23 persen dalam kasus subvarian BA.5, tiga kali lebih berisiko dari sebelumnya.
Sebagai bagian dari penelitian yang dipublikasikan di situs pracetak Medrxiv, para peneliti menganalisis catatan kesehatan dan data laboratorium Covid-19 untuk lebih dari 27.700 kasus. Dari sampel yang diambil antara 25 April hingga 10 Juni 2022, 55,5 persen diklasifikasikan sebagai BA.2 dan sisanya sebagai BA.5.
Ini menunjukkan bahwa orang yang telah mendapatkan vaksin booster secara signifikan lebih kecil kemungkinannya untuk dirawat di rumah sakit atau meninggal karena Covid-19. Peneliti mengamati tidak ada bukti penurunan efektivitas vaksin untuk vaksinasi lengkap primer atau vaksinasi dosis booster terhadap infeksi BA.5 dibandingkan dengan BA.2.
"Perlindungan terhadap infeksi ulang lebih rendah pada kasus BA.5 jika dibandingkan dengan BA.2," kata studi tersebut, seperti dilansir dari Express, Sabtu (6/8/2022).
Di antara mereka yang terinfeksi BA.5, vaksinasi booster dikaitkan dengan masing-masing 77 persen pengurangan risiko rawat inap dan 88 persen kematian akibat Covid-19. Sementara itu, pengurangan risiko yang lebih tinggi ditemukan untuk kasus BA.2, dengan masing-masing sebesar 93 persen dan 94 persen.
Studi itu juga menemukan bahwa peluang infeksi ulang yang lebih tinggi diamati pada kasus BA.5 dibandingkan dengan BA.2. Menurut Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSA), omicron BA.5 adalah varian SARS-CoV-2 dominan di Inggris.