Kamis 21 Jul 2022 00:23 WIB

Tidak Lagi Suka Baca Buku Fiksi? Awas, Bisa Jadi Tanda Pikun

Mereka yang malas mengingat cenderung tidak suka bacaan fiksi.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Mereka yang malas mengingat cenderung tidak suka bacaan fiksi.
Foto: Wallpaperflare
Mereka yang malas mengingat cenderung tidak suka bacaan fiksi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbeda dengan anggapan populer, pikun bukanlah bagian dari proses penuaan yang normal. Penurunan daya ingat bisa ditandai dengan adanya perubahan pada preferensi buku bacaan.

"Orang-orang, ketika mereka mulai mengalami kesulitan mengingat, cenderung untuk beralih ke membaca non fiksi," ungkap ahli neurologi dan profesor klinis dari George Washington Hospital University School of Medicine and Health, Richard Restak MD, seperti dilansir BestLife, Rabu (20/7/2022).

Baca Juga

Perubahan ini bisa terjadi karena bacaan fiksi akan membutuhkan atensi dan yang lebih aktif. Selain itu, konten fiksi juga membuat pembaca perlu lebih terikat dengan teks.

"Anda harus mengingat apa yang karakter lakukan pada halaman 3 ketika Anda sedang membaca halaman 11," pungkas Restak.

Meski terasa sulit, Restak menganjurkan orang-orang yang memiliki masalah minor dengan daya ingat untuk tetap membaca bacaan fiksi. Membaca buku fiksi bisa menjadi latihan daya ingat yang dilakukan dalam keseharian.

Bacaan fiksi yang kompleks juga akan meningkatkan kemampuan ornag-orang untuk menelusuri berbagai karakter dan jalan cerita. Hal ini dapat memberi manfaat dalam meningkatkan kemampuan kognitif.

Saat merasa sulit untuk memahami elemen penting dalam cerita, Restak menganjurkan ornag-orang untuk secara aktif membuat gambaran menegnai informasi yang mereka dapatkan dari cerita fiksi tersebut. Mengaitkan gambar dengan kata-kata juga dapat mempermudah mengingat.

Hal lain yang bisa membantu mengasah daya ingat adalah mental exercise. Salah satu bentuk mental exercise yang mudah dilakukan adalah mengingat nama-nama presiden dari yang paling terkini hingga paling awal.

"Tulis atau rekam nama-nama itu," sambung Restak.

Setelahnya, lakukan hal serupa namun dengan urutan yang berbeda, yaitu dari presiden pertama hingga terkini. Selanjutnya, coba mengingat presiden yang berasal dari satu partai yang sama. Lalu, coba untuk menyusun nama-nama presiden secara alfabetis atau berdasarkan abjad.

Cara ini bisa dilakukan dengan menggunakan banyak topik, bukan hanya nama-nama presiden. Pilih topik apa saja yang dirasa paling familiar dan dekat dengan diri sendiri. Misalnya, nama-nama atlet olahraga, aktor, atau hewan.

"Dengan menjaga informasi dan memindah-mindahkan urutannya di pikiran Anda, fungsi kognitif bisa tetap tajam seiring waktu," ungkap Restak.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement