Sabtu 16 Jul 2022 09:39 WIB

Epidemiolog AS: Virus Cacar Monyet Ada Sejak Dulu, Wabah Seharusnya Bisa Dicegah

Wabah cacar monyet seharusnya bisa diantisipasi sejak dini.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Wabah cacar monyet seharusnya bisa diantisipasi sejak dini.
Foto: Pixabay
Wabah cacar monyet seharusnya bisa diantisipasi sejak dini.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketika kasus cacar monyet meningkat di banyak negara, para ahli yang telah mempelajari virus tersebut mengkritik lambannya respon para pemimpin global. Padahal jika diantisipasi sedari dini, wabah global cacar monyet bisa dihindari.

Profesor epidemiologi UCLA Dr Anne Rimoin, yang menghabiskan dua dekade di Kongo mempelajari cacar monyet, kecewa karena pemimpin global baru bertindak saat cacar monyet menyebar ke negara-negara Barat. Padahal, penyakit ini telah lama eksis di Afrika.

Baca Juga

"Virus ini telah menyebar di populasi yang terpinggirkan dan rentan di Afrika selama beberapa dekade, dan kita tidak melakukan apa pun untuk itu. Kami telah mengetahui bahwa cacar monyet adalah masalah potensial selama beberapa dekade," kata Rimoin seperti dilansir dari People, Sabtu (16/7/2022).

Badan Kesehatan Dunia mencatat, hingga kini ada 9.200 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi di 63 negara. Hingga Selasa, ada 929 kasus cacar monyet yang dikonfirmasi di AS. Namun Rimoin percaya angka di lapangan jauh lebih banyak, mengingat pengujian masih sangat minim.

Virus ini dinamai monkeypox karena pertama kali diidentifikasi pada tahun 1958 di koloni monyet. Kasus virus manusia pertama ditemukan pada tahun 1970 di Republik Demokratik Kongo.

Kasus sebagian besar terkonsentrasi di Kongo yang biasanya mencatat ribuan infeksi cacar monyet dalam setahun. Kemudian Nigeria, di mana ada lebih dari 200 dugaan dan 500 kasus yang dilaporkan sejak 2017. Di Kongo, sekitar 1 dari 10 orang yang terjangkit cacar monyet dilaporkan meninggal, tetapi itu tidak terjadi di AS, di mana tidak ada yang meninggal karena virus tersebut.

Rimoin mengatakan seharusnya ada lebih banyak upaya untuk mengatasi virus cacar monyet di pedesaan Afrika. Karena bagaimanapun, virus lambat laun akan menyebar ke belahan dunia lain melalui perjalanan dan interaksi.

"Kita benar-benar saling terhubung oleh perdagangan, perjalanan, pertumbuhan dan pergerakan populasi. Jadi jangan harap bahwa infeksi yang terjadi di daerah terpencil tak akan menyebar ke negara lain," kata Rimoin.

Cacar monyet pertama kali menyebabkan demam, sakit kepala, nyeri otot, kedinginan dan pembengkakan kelenjar getah bening. Virus ini juga menyebar melalui droplet pernapasan, tetapi kemungkinan besar menular lewat sentuhan cairan tubuh atau ruam.

Bulan lalu, Departemen Kesehatan dan Layanan Kemanusiaan (HHS) mengumumkan bahwa sekarang tersedia vaksinasi bagi siapa saja yang diduga terpapar virus. Sekretaris HHS Xavier Becerra mengatakan, pihaknya akan segera merilis 56 ribu dosis vaksin Jynneos, dengan 240 ribu dosis tambahan tersedia dalam beberapa minggu mendatang. Secara total 1,6 juta dosis vaksin diharapkan dirilis pada akhir tahun.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement