REPUBLIKA.CO.ID, LEBAK -- Komunitas Kasepuhan Adat Pasir Eurih, Kecamatan Sobang, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, memproduksi kopi bubuk merk Kompak guna menciptakan kemandirian ekonomi dan membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat di daerah itu.
"Kita menggeluti usaha produksi kopi merupakan bagian ekonomi kreatif agar warga di sini mandiri dan tidak urbanisasi ke luar daerah," kata Maman Sahroni, Ketua Komunitas Kasepuhan Adat Pasir Eurih Kabupaten Lebak, Senin (11/7/2022).
Usaha produksi kopi di Kasepuhan Pasir Eurih cukup potensial menumbuhkan perekonomian masyarakat. Sebab di dukung bahan baku di daerah itu yang melimpah.
Produksi kopi lokal di daerah itu jika memasuki musim panen dipasok ke luar daerah dan petani menjualnya ke tengkulak berbentuk gabah seharga Rp15 ribu/ kg. Karena itu, pihaknya mendirikan komunitas yang memiliki 200 anggota yang kebanyakan pemuda untuk menyelamatkan petani agar mampu memproduksi kopi dibandingkan dijual berbentuk gabah ke tengkulak.
Produksi kopi bubuk menguntungkan, karena memiliki nilai jual tinggi dan bisa menciptakan lapangan pekerjaan. Selain itu, juga komunitas kasepuhan melakukan persemaian bibit kopi sebanyak 5.000 batang dan ditanami 2017 di lahan hutan produksi dari pemberian Presiden Joko Widodo seluas 200 hektare lebih di Kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak ( TNGHS).
Saat ini, kata dia, benih kopi yang ditanam 5.000 batang itu sudah mulai panen. "Kami bersama komunitas dan warga kasepuhan kini mampu memproduksi kopi bubuk merk Kompak dan dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat," kata pria lulusan sarjana pendidikan itu.
Menurut dia, saat ini, pemasaran kopi bubuk merk Kompak sudah beredar di wilayah Kabupaten Lebak dan berdasarkan para penikmat kopi dari Jakarta memiliki kualitas juga beraroma. Produksi kopi bubuk merk Kompak itu lebih selektif dilakukan penyortiran dan hanya gabah kopi yang sudah matang dan berwarna merah. Produksi kopi diproses dengan alatpenggilingan hingga dilakukan pengemasan.
Saat ini, produksi kopi bubuk merk Kompak dijual eceran dengan berat seperempat kilogram dijual Rp 20 ribu dan jika satu kilogram Rp 60 ribu. Komunitas kasepuhan kini mengoptimalkan promosi dan iklan agar bisa menembus pasar domestik hingga ekspor ke luar negeri.
"Kami merintis usaha kopi itu sekitar setahun hingga pendapatan masyarakat jutaan rupiah per bulan, " katanya menambahkan.