Selain itu, sebagian besar anak-anak tidak memenuhi kebutuhan rata-rata asupan kalsium dan vitamin D. Hasil pengecekan biokimia darah juga menunjukkan dadanya ketidakcukupan vitamin D pada sebagian besar anak.
"Situasi ini menuntut perhatian yang lebih serius dari berbagai pihak untuk meningkatkan akses yang lebih besar terhadap gizi yang lebih baik, yang dibutuhkan anak-anak Indonesia mencapai tumbuh kembang yang optimal dengan pendekatan perilaku dan gaya hidup sehat juga aktif," kata Prof Rini.
Hasil penelitian SEANUTS II ini, menurut Prof Rini, menunjukkan bahwa permasalahan stunting atau perawakan pendek, anemia, dan asupan makanan perlu mendapatkan perhatian lebih serius dari berbagai pihak. Ia mengatakan, sudah saatnya meningkatkan ketahanan pangan dan ketersediaan makanan yang bisa memberikan asupan gizi yang seimbang agar akses anak kepada sumber gizi yang sehat meningkat dan tumbuh kembangnya berlangsung secara optimal.
"Kami harapkan data temuan ini bisa menjadi acuan tenaga medis, pemerintah, bahkan orang tua untuk menanggulangi malnutrisi di Indonesia," kata Prof Rini.
Studi ini, menurut Prof Rini, juga menunjukkan adanya urgensi yang besar untuk memitigasi permasalahan gizi dengan langkah-langkah kolaboratif dan strategis. Tujuannya untuk memberikan anak-anak Indonesia akses yang lebih besar terhadap gizi yang lebih baik dan menurunkan angka malanutrisi serta permasalahan gizi anak lainnya.