REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Risiko anak untuk cedera parah saat bermain di arena trampolin rupanya cukup tinggi. Para ahli pun mengingatkan pentingnya ada standar keselamatan wajib di pusat permainan trampolin.
Petugas medis di Inggris mengungkapkan bahwa anak-anak yang mendatangi arena bermain lebih mungkin mengalami cedera serius dan memerlukan perawatan di rumah sakit daripada mereka yang menggunakan trampolin di rumah. Meskipun mengakui melompat-lompat di trampolin adalah kegiatan yang menyenangkan, petugas medis juga mengatakan itu berbahaya.
Di Inggris, cedera akibat trampolin menyumbang setengah dari semua penerimaan layanan darurat pada anak di bawah usia 14 tahun. Di AS, angkanya 100 ribu dan di Australia sekitar 1.500 anak.
Menulis di jurnal Injury Prevention, para ahli melacak studi yang merinci jenis dan lokasi cedera yang diderita anak-anak. Dengan meninjau 11 makalah saja, mereka menemukan bahwa cedera kaki, keseleo, dan kebutuhan untuk operasi lebih sering terjadi di pusat trampolin.
Para ahli mengatakan ini mungkin karena perbedaan struktural dalam produk yang digunakan di rumah dan di arena bermain. Anak-anak yang bermain di arena tersebut ditemukan dua kali lebih mungkin mengalami cedera ortopedi dan muskuloskeletal dibandingkan mereka yang bermain trampolin di rumah.
Jenis cedera ini sering berdampak pada persendian, tulang, dan/atau jaringan lunak. Cedera kaki juga tiga kali lebih sering terjadi pada kelompok ini. Kebutuhan untuk dioperasi setelah cedera yang diderita di arena bermain trampolin dua kali lebih tinggi daripada yang dialami di rumah.
Remaja dan anak-anak yang lebih tua lebih berisiko. Pengawasan tingkat tinggi dan batasan usia juga dapat menjelaskan mengapa tingkat cedera pada anak-anak berusia enam tahun lebih rendah. Dari anak-anak yang menggunakan pusat bermain, cedera lengan dan luka lebih jarang terjadi.
"Saat ini, pedoman keselamatan tidak diatur untuk pusat trampolin komersial di mana pun di dunia," kata para peneliti, dilansir The Sun, Rabu (15/6/2022).