Rabu 01 Jun 2022 15:29 WIB

Long Covid: Aroma Kopi Terasa Menjijikkan Bagi Penderita Parosmia

Studi terbaru mengungkap bahwa parosmia adalah masalah nyata penderita long Covid.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Kopi (ilustrasi). Salah satu gejala yang dirasakan penderita long Covid adalah parosmia. Mencium aroma kopi seperti sesuatu yang menjijikkan bisa menjadi gejalanya.
Foto: www.freepik.com
Kopi (ilustrasi). Salah satu gejala yang dirasakan penderita long Covid adalah parosmia. Mencium aroma kopi seperti sesuatu yang menjijikkan bisa menjadi gejalanya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Persoalan long Covid masih menyisakan banyak pertanyaan, termasuk bagaimana mekanisme itu terjadi. Kini, sebuah studi baru menyoroti hal itu dengan fokus pada karakteristik salah satu gejala long covid, parosmia.

Parosmia adalah gangguan penciuman yang membuat penderitanya menderita gangguan persepsi bau. Kini, para peneliti telah menemukan rahasia alasan makanan dan minuman tertentu berbau (dan mungkin rasanya) menjijikkan bagi penderita parosmia.

Baca Juga

Dalam penelitian baru yang diterbitkan di Communications Medicine, tim ilmuwan telah menemukan bahwa molekul bau bernama 2-furanmethanethiol yang ditemukan dalam kopi memicu aroma busuk yang dikaitkan dengan parosmia. Dengan mencium aroma kopi, tim dapat menguji senyawa kopi pada sukarelawan yang mengalami parosmia dan membandingkan reaksinya dengan mereka yang tidak parosmia.

Dari ratusan atau lebih senyawa aroma yang ada dalam kopi, penderita parosmia bisa menunjuk senyawa yang bertanggung jawab atas aroma busuk yang mereka rasakan. Dari 29 sukarelawan, para ilmuwan menemukan adanya kesamaan menyangkut 15 senyawa yang umum diidentifikasi memicu parosmia.

Dr Jane Parker, Associate Professor of Flavour Chemistry dan Director of Flavour Center di University of Reading, Inggris mengatakan bahwa studi ini menjadi bukti kuat bahwa aroma busuk bisa dikaitkan dengan senyawa pada makanan bukanlah sesuatu yang mengada-ada. Di samping itu, sistem saraf pusat tentu terlibat juga dalam menafsirkan sinyal yang diterimanya dari hidung.

"Kami berharap, studi ini bisa meyakinkan penderita parosmia bahwa pengalaman mereka adalah nyata," kata Parker, seperti dikutip dari laman Express, Rabu (1/6/2022).

Studi ini juga memungkinkan untuk mengidentifikasi makanan lain yang mungkin jadi pemicu parosmia. Lebih lanjut, studi pun menyodorkan saran makanan aman yang tidak menyebabkan masalah bagi penderita parosmia

Simon Gane, salah satu peneliti, dari Royal National Ear, Nose and Throat and Eastman Dental Hospital mengatakan bahwa mereka masih memiliki jalan panjang untuk memahami kondisi long Covid. Namun, setidaknya, studi ini menjadi yang pertama mengulik mekanisme parosmia.

"Kami sekarang tahu ini ada hubungannya dengan saraf dan reseptornya karena begitulah cara molekul-molekul ini dideteksi," jelas Gane.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement