Ahad 29 May 2022 03:03 WIB

Angka Rawat Inap Berulang Pasien Gagal Jantung di Indonesia Cukup Tinggi

Angka rawat inap berulang karena gagal jantung masih cukup tinggi

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Sebanyak 64 juta pasien orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan gagal jantung, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dengan tingkat rawat inap berulang dan kematian yang masih cukup tinggi. Di Indonesia sendiri penyakit jantung menempati posisi pertama dengan jumlah kasus 12,9 juta.
Foto: www.freepik.com.
Sebanyak 64 juta pasien orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan gagal jantung, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dengan tingkat rawat inap berulang dan kematian yang masih cukup tinggi. Di Indonesia sendiri penyakit jantung menempati posisi pertama dengan jumlah kasus 12,9 juta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, lebih dari 17 juta orang di dunia meninggal akibat penyakit Kardiovaskular. Penyakit yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah ini masih menjadi ancaman dunia dan merupakan penyakit yang berperan utama sebagai penyebab kematian nomor satu di seluruh dunia.

Penyakit kardiovaskular paling sering menyerang kelompok usia produktif, sehingga mortalitasnya menyebabkan beban ekonomi dan sosial terhadap masyarakat. Penyakit jantung yang cukup menjadi beban ekonomi dan sosial, salah satunya adalah gagal jantung.

Sebanyak 64 juta pasien orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan gagal jantung, jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat dengan tingkat rawat inap berulang dan kematian yang masih cukup tinggi. Di Indonesia sendiri penyakit jantung menempati posisi pertama dengan jumlah kasus 12,9 juta.

Ketua Pokja Gagal Jantung PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia), dr. Siti Elkana Nauli, Sp.JP (K), berpendapat angka rawat inap berulang karena gagal jantung masih cukup tinggi dan dapat menurunkan angka bertahan hidup. Padahal semakin sering pasien dirawat inap maka angka kelangsungan hidup pasien menjadi semakin rendah.

"Hal ini sesuai dengan data InaHF National Registry 2018 yang menyatakan sebesar 17 persen pasien gagal jantung di Indonesia akan mengalami rawat inap berulang, 17,2 persen pasien gagal jantung meninggal pada saat rawat inap dan 11,3 persen pasien gagal jantung akan meninggal dalam satu tahun pengobatan," kata Siti Elkana dalam keterangan dikutip Sabtu (28/5).

Tingginya angka tersebut disebabkan oleh beberapa tantangan dalam mengobati pasien dengan gagal jantung, terutama karena perjalanan pasien gagal jantung bisa sangat bervariasi, tanda dan gejala awal dapat ringan kemudian memburuk secara bertahap atau tiba-tiba tergantung berbagai faktor. Ia menambahkan, penyakit komorbid menjadi faktor utama yang mempersulit pengobatan gagal jantung dan karenanya seringkali penderita gagal jantung dengan komorbid membutuhkan tim multidisplin untuk menangani penyakit ini secara holistik.

"Kondisi ini adalah alasan kenapa penanganan gagal jantung harus cepat dilakukan, dengan harapan pasien tidak sampai mengalami komorbiditas, yang dapat menyebabkan terbatasnya pilihan pengobatan, memperberat gagal jantung, dan luaran pasien gagal jantung lebih buruk,"tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement