Jumat 29 Apr 2022 00:30 WIB

Gejala Covid-19 Dapat Muncul Lagi Setelah Minum Pil Antivirus Pfizer, Paxlovid

Apakah orang harus kembali mengisolasi diri ketika gejala Covid-19 kembali muncul?

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Paxlovid, obat antivirus dari Pfizer. Dalam kasus yang jarang terjadi, orang yang mengonsumsi Paxlovid ada yang mengalami kekambuhan gejala Covid-19 setelah pulih.
Foto:

Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Pfizer Longley mengatakan, dalam uji klinis Paxlovid, kasus langka Covid-19 yang pulih segera setelah peserta menyelesaikan perawatan terjadi pada tingkat yang sama di antara mereka yang menerima plasebo. Pihaknya tidak melihat adanya hubungan antara peningkatan viral load yang diamati dan penyakit parah berikutnya.

Namun, dalam unggahan blog pada 25 April di NEJM Journal Watch, spesialis penyakit menular di Harvard Medical School, Paul Sax, meminta Pfizer untuk merilis lebih banyak data tentang kasus rebound ini. Ia juga menuntut Pfizer mengungkap informasi tentang bagaimana kondisi kesehatan para peserta.

Charness berspekulasi bahwa ketika orang memulai Paxlovid selama satu atau dua hari pertama setelah gejala Covid-19, maka penekanan awal virus corona dapat membahayakan respons sistem kekebalan terhadap infeksi. Seorang profesor kedokteran dan epidemiologi di University of California, Los Angeles, Timothy Brewer lebih lanjut berteori tubuh terkadang menyimpan virus corona di lokasi yang sulit diakses Paxlovid, seperti di luar sawar darah otak.

Setelah menghentikan obat, simpanan kecil virus akhirnya bisa menyebabkan rebound. Beberapa orang, menurut perkiraan Brewer, mungkin tidak menyerap Paxlovid seefektif orang lain, sehingga mendapat jumlah obat yang tidak mencukupi untuk menghapus virus. Perawatan yang lebih lama mungkin diperlukan lagi.

Karena Paxlovid belum sepenuhnya disetujui oleh FDA, dokter tidak diizinkan meresepkannya untuk waktu yang lebih lama. Longley dari Pfizer mengatakan, pembuat obat sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan studi tentang perawatan Paxlovid yang lebih lama.

Namun, beberapa penyedia layanan kesehatan meyakini bahwa otorisasi penggunaan darurat memungkinkan mereka untuk meresepkan dosis Paxlovid kedua kepada orang-orang yang mengalami kekambuhan. Spesialis penyakit menular transplantasi di University of Pittsburgh Medical Center, Ghady Haidar, menyatakan keprihatinan tentang kemungkinan kasus rebound pada pasiennya yang sangat rentan.

"Saya benar-benar tidak berpikir bahwa lima hari Paxlovid akan cukup untuk subkelompok tertentu dari orang-orang dengan gangguan kekebalan," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement