Jumat 22 Apr 2022 04:50 WIB

Kasus Reinfeksi Tercepat: Dua Kali Tertular Covid-19 dalam Tiga Pekan

Baru 20 hari sembuh dari infeksi delta, perempuan di Spanyol kena omicron.

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Reiny Dwinanda
Ilustrasi Covid-19 varian omicron. Perempuan di Spanyol yang baru sembuh dari infeksi SARS-CoV-2 varian delta kena infeksi varian omicron dalam tiga pekan. Dia juga sudah mendapatkan vaksin booster. mendapatkan dosis booster vaksin Covid-19
Foto: Pixabay
Ilustrasi Covid-19 varian omicron. Perempuan di Spanyol yang baru sembuh dari infeksi SARS-CoV-2 varian delta kena infeksi varian omicron dalam tiga pekan. Dia juga sudah mendapatkan vaksin booster. mendapatkan dosis booster vaksin Covid-19

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seorang pasien tertular Covid-19 sebanyak dua kali dalam tiga pekan. Ini merupakan kasus reinfeksi tercepat yang diketahui.

Orang tersebut baru saja selesai melawan varian delta, sebelum dia terinfeksi dengan omicron. Perempuan asal Spanyol itu pertama kali dinyatakan positif pada 20 Desember 2021.

Baca Juga

Perempuan berusia 31 tahun itu menjalani tes PCR saat pemeriksaan staf di tempat kerja. Dia telah divaksinasi lengkap, bahkan mendapat suntikan booster sekitar 12 hari sebelumnya.

Perempuan tersebut tidak memiliki gejala apa pun. Meski demikian, ia tetap menjalani isolasi mandiri selama 10 hari penuh sebelum kembali bekerja.

Pada 10 Januari, yakni hanya 20 hari setelah tes pertama positif Covid-19, dia merasa tidak enak badan dengan kondisi batuk dan demam. Dia menjalani tes dan hasilnya kembali positif.

Varian omicron yang jauh lebih menular daripada delta, telah berhasil menembus kekebalan yang sebelumnya terbentuk dari vaksin dan infeksi. Omicron cenderung menghasilkan penyakit yang lebih ringan, meskipun lebih menular.

Kebanyakan orang pulih setelah beberapa hari beristirahat di rumah. Salah satu penulis studi dari Institut Catal de Salut, Tarragona, Spanyol, Gemma Recio, menyebut bahwa kasus ini menyoroti potensi varian omicron untuk menghindari kekebalan sebelumnya yang diperoleh, baik dari infeksi alami dengan varian lain atau dari vaksin.

"Dengan kata lain, orang yang telah terinfeksi Covid-19 tidak dapat berasumsi bahwa mereka terlindungi dari infeksi ulang, bahkan ketika mereka telah divaksinasi sepenuhnya," kata Recio, dilansir The Sun, Kamis (21/4/2022).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement