REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Moderna membuat pernyataan pada Selasa (19/4/2022) bahwa suntikan booster Covid-19 baru yang dimodifikasi memberi perlindungan lebih baik. Booster itu dirancang untuk menargetkan dua jenis virus corona dan menghasilkan respons kekebalan yang kuat terhadap berbagai varian Covid-19 yang menjadi perhatian.
Booster yang didesain ulang oleh Moderna disebut vaksin bivalen, menggabungkan vaksin khusus varian beta dengan formula asli yang semula dibuat perusahaan dalam satu suntikan. Namun, booster yang didesain ulang itu tidak secara khusus menargetkan omicron.
Hasil tersebut diumumkan dalam siaran pers perusahaan, namun data lengkapnya belum ditinjau oleh ilmuwan luar. Dokter penyakit menular dan profesor kedokteran di University of Toronto, Isaac Bogoch, menyebut pengumuman Moderna itu bisa membantu penanganan Covid-19 secara umum.
Akan tetapi, Bogoch mengatakan butuh adanya tinjauan lebih banyak data sebelum para ilmuwan mempertimbangkan vaksin lanjutan dengan bivalen memang diperlukan. Moderna menguji suntikan booster yang dimodifikasi ketika kekebalan dari suntikan sebelumnya kemungkinan berkurang dan kasus Covid-19 diperkirakan kembali meningkat.
Formula lain yang sedang diuji Moderna adalah vaksin bivalen omicron yang menggabungkan vaksin khusus omicron dengan vaksin aslinya. Data awal dari vaksin bivalen omicron, yang disebut Moderna sebagai "kandidat utama" untuk musim gugur, diharapkan tersedia pada kuartal kedua tahun ini.
Sejauh ini, hasil uji vaksin bivalen varian beta memberikan petunjuk bahwa vaksin bivalen omicron juga akan bekerja dengan baik. Pasalnya, varian beta memiliki beberapa mutasi yang juga terlihat pada varian omicron. Uji klinis itu melibatkan 300 orang yang mendapat 50 mikrogram dosis vaksin booster.
Pemberian booster itu juga ditoleransi dengan baik. Efek samping yang terlihat pada peserta uji coba serupa dengan efek vaksin yang selama ini sudah ada. Moderna tidak mengatakan apakah mereka akan menyerahkan hasil vaksin bivalen varian beta ke Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) atau tidak, dikutip dari laman NBC News, Rabu (20/4/2022).