REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Membiarkan anak-anak menggunakan TikTok atau aplikasi video serba cepat lainnya sama seperti membiarkan anak berada di toko permen yang penuh dengan kesenangan serbacepat. Menurut ahli dari Oxford University, kondisi ini bisa memberikan pengaruh buruk terhadap rentang atensi anak.
"Itu seperti kita membuat anak-anak hidup di toko permen, lalu kita memerintahkan mereka untuk mengabaikan semua permen yang ada dan meminta mereka menyantap sayuran," jelas ethicist dari Oxford University dan ilmuwan teknologi James Williams, seperti dilansir Mail Online.
TikTok atau aplikasi serupa, umumnya menampilkan video dengan durasi yang singkat. Penyajian konten yang silih berganti dengan cepa ini akan membuat anak terbiasa dengan perubahan yang konstan dan cepat.
Seiring waktu, kondisi ini dapat membuat anak menjadi sulit untuk menjaga fokus pada tugas sehari-hari. Kemampuan anak untuk memberikan atensi atau perhatian terarah pun ikut terganggu.
"Atensi terarah merupakan kemampuan untuk mengatasi distraksi, menjaga perhatian, serta mengalihkan perhatian secara tepat," jelas direktur klinis untuk atensi dan kemampuan belajar di Cleveland Children's Hospital Dr Michael Manos.
Ketika kemampuan atensi terarah terganggu, anak akan mengalami kesulitan untuk beradaptasi dengan aktivitas non digital yang umumnya tidak bergerak secepat aktivitas digital.
Di sisi lain, TikTok juga memiliki algoritma yang memungkinkan pengguna terpapar oleh konten yang sesuai dengan ketertarikan mereka. Setelah melihat satu konten yang disukai, akan muncul konten-konten serupa lain yang siap untuk ditonton.
Menurut beberapa studi, pola konsumsi konten seperti ini akan mengaktivasi area pusat otak yang berkaitan dengan adiksi. Tak heran bila semakin lama, pengguna TikTok akan semakin sulit untuk lepas dari aplikasi tersebut.