Selasa 12 Apr 2022 06:11 WIB

Anak di Atas 5 Tahun Berisiko Alami Komplikasi Serius Akibat Covid-19

Komplikasi serius Covid-19 pada anak kadang disalahartikan sebagai penyakit lain.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Reiny Dwinanda
Anak menjalani tes Covid-19 (Ilustrasi). Anak-anak di atas lima tahun dan mereka yang memiliki penanda darah tinggi untuk inflamasi (ferritin) berisiko mengalami sindrom inflamasi multisistem (MIS-C) yang parah.
Foto:

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebagian besar anak yang terkena Covid-19 akan pulih tanpa masalah jangka panjang. Meski begitu, sebuah studi baru menemukan, anak-anak di atas lima tahun dan mereka yang memiliki penanda darah tinggi untuk inflamasi (ferritin) berisiko mengalami sindrom inflamasi multisistem (MIS-C) yang parah.

Sindrom ini termasuk kondisi yang sangat langka, terjadi pada kurang dari satu persen anak-anak yang tertular Covid-19. Sebagian besar anak dengan kondisi ini akan mengalami demam terus-menerus yang terkadang disalahartikan sebagai penyakit lain.

Baca Juga

Para ahli di Kanada menemukan anak-anak di atas lima tahun berisiko lebih tinggi dirawat di ruang perawatan intensif saat tertular Covid-19 dan mengembangkan sindrom peradangan. Petugas medis memeriksa 232 anak di bawah usia 18 tahun yang dirawat di rumah sakit di Kanada, Kosta Rica, dan Iran.

Anak-anak ini telah dirawat di rumah sakit dengan dugaan MIS-C antara Maret 2020 hingga Maret 2021. Dari anak-anak tersebut, para ahli menemukan bahwa 89 persen dari mereka memiliki gejala gastrointestinal seperti nyeri perut dan sekitar 85 persen memiliki masalah dermatologis seperti ruam dan pembengkakan.

Anak-anak antara usia enam hingga 12 tahun memiliki peluang 44 persen untuk dirawat di perawatan intensif. Penulis penelitian mengatakan, lebih banyak yang harus dilakukan dalam hal perawatan klinis anak-anak yang mengalami penyakit tersebut.

Dr Joan Robinson, seorang dokter anak di University of Alberta di Kanada mengatakan, sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak adalah diagnosis baru, dengan kriteria diagnostik berbeda yang belum divalidasi. Sebagian besar dari anak-anak ini tidak memiliki riwayat kontak dengan orang yang terbukti terinfeksi SARS-CoV-2.

"Ini menunjukkan deteksi paparan bisa jadi sulit karena kontak yang terinfeksi mungkin tidak bergejala atau mungkin belum pernah dites," kata Robinson seperti dilansir dari The Sun, Selasa (12/4/2022).

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement