Rabu 30 Mar 2022 20:54 WIB

Brain Fog Bisa Usik Penyintas Covid-19, Betulkah Keluhannya Bisa Dikurangi dengan Terapi?

Brain fog dapat mengusik penyintas Covid-19.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Reiny Dwinanda
Penderita brain fog (Ilustrasi). Brain fog merupakan salah satu gejala long Covid. Keluhannya bisa dikurangi dengan terapi oleh dokter saraf.
Foto: Pixabay
Penderita brain fog (Ilustrasi). Brain fog merupakan salah satu gejala long Covid. Keluhannya bisa dikurangi dengan terapi oleh dokter saraf.

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Penelitian yang dilakukan di University of Oxford menyebutkan, orang yang pernah terinfeksi Covid-19 menunjukkan abnormalitas otak jika dibandingkan dengan orang yang tidak terinfeksi. Penelitian tersebut menganalisis perbedaan hasil Magnetic Resonance Imaging (MRI) sebelum dan setelah terkena Covid-19.

Ahli pulmanologi dan kedokteran respirasi Universitas Airlangga (Unair), Arief Bakhtiar menjelaskan, istilah lain untuk keadaan abnormalitas otak pasca Covid-19 adalah brain fog. Ketika mengalaminya, orang akan merasa sulit untuk berkonsentrasi dan tidak bisa fokus ketika memikirkan suatu hal.

Baca Juga

Akan tetapi, menurut Arif, brain fog bukanlah sebuah penyakit, melainkan gejala dari kondisi tertentu yang bisa memengaruhi kemampuan seseorang untuk berpikir dan mengingat. Gejala pasca Covid-19 itu juga disebut long Covid.

Arif menyatakan, penelitian yang dilakukan di University of Oxford menyebutkan adanya penyusutan volume otak sebesar 0,2-2 persen, yang terjadi pada bagian grey matter dan bagian otak terkait indra penciuman serta memori. Namun, penelitian yang dilakukan belum bisa memastikan abnormalitas otak ini bersifat permanen atau tidak.

"Keluhan brain fog bisa dikurangi dengan metode terapi oleh dokter saraf," ujarnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement