Pada sekitar enam hingga tujuh persen pasien tersebut, gejala neuropati menetap selama setidaknya dua pekan hingga tiga bulan. Temuan ini mengindikasikan bahwa virus penyebab Covid-19 bisa memberikan efek yang menetap pada saraf perifer.
"Beberapa infeksi virus lain, seperti HIV dan herpes zoster, berkaitan dengan neuropati perifer karena virus bisa merusak saraf," ujar Haroutounian.
Sebagian besar pasien yang terdampak mengeluhkan gejala neuropati yang ringan. Hanya saja, ada sebagian pasien yang membutuhkan terapi lebih lanjut untuk mengelola nyeri mereka.
Sering kali, kondisi neuropati tidak terdiagnosis. Hal ini membuat penderitanya tidak mendapatkan terapi yang dibutuhkan untuk mengatasi nyeri yang timbul terkait neuropati tersebut.
"Ada kemungkinan kita bisa menolong pasien-pasien ini, meski untuk saat ini tidak ada kriteria diagnostik yang jelas atau bahkan sebuah sindrom yang diakui sebagai neuropati perifer Covid," ujar Haroutounian.