Rabu 23 Mar 2022 22:59 WIB

Cara Agar tidak Tergiur Investasi Gara-Gara Emosional Semata

Orang yang biasanya baru belajar berinvestasi lebih rentan terjebak.

Investigasi ilegal (ilustrasi).
Foto: Republika
Investigasi ilegal (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Psikolog klinis Ivan Sujana M.Psi, membagikan tiga strategi yang dapat dilakukan seseorang ketika hendak berinvestasi agar pengambilan keputusan tidak mengandalkan emosi semata. Ia menilai orang yang biasanya baru belajar berinvestasi lebih rentan terjebak pada emosi yang tidak berdasar.

Padahal, pengambilan keputusan dalam berinvestasi harus dilakukan dengan pemikiran yang rasional, terlepas dari siapapun yang menawarkan. "Keputusan harus rasional, apalagi kalau kita bicara soal uang, investasi produk-produk yang nilainya di kemudian hari akan naik. Semua itu bisa kita kalkulasi. Repotnya banyak yang jadinya ikut-ikutan berinvestasi yang tidak dengan pemikiran rasional," kata Ivan saat pada Rabu (23/3/2022).

Baca Juga

Pertama, literasi finansial, termasuk jenis produk-produk finansial. Literasi finansial, kata Ivan, penting untuk dipahami terlebih dahulu sebelum seseorang berinvestasi, termasuk seluk-beluk mekanisme hingga memastikan keamanannya.

"Misalnya, mau investasi saham atau mau trading. Sering kali kalau hanya mengandalkan emosi, kita hanya akan melihat, 'Wah hasilnya besar, aku mau ikutan'. Sudah begitu. Literasi finansial itu mutlak perlu sebelum berinvestasi. Kita nggak perlu ke tingkat ahli, tapi kalau buta sama sekali juga jangan. Kita perlu tahu untuk mengamankan modal aset kita," kata Ivan.

Strategi kedua adalah berpikir kritis. Berpikir kritis, lanjut Ivan, harus selalu diterapkan agar seseorang tidak mudah tergiur investasi yang tidak masuk akal."Kekritisan dalam pengambilan keputusan dan literasi finansial itu mutlak perlu karena kita tidak bisa membatasi geraknya emosi yang lebih cepat daripada rasio kita. Justru yang perlu dikontrol emosinya dengan rasio. Rasio, ya, kuncinya dua tadi," ujarnya.

Selain itu, Ivan juga menyarankan agar menunda keputusan final minimal satu atau dua hari. Menurut Ivan, emosi biasanya tergugah pada satu momen saja, namun ketika memberi waktu untuk menunda maka intensitas emosi akan berkurang secara perlahan-lahan.

Saat intensitas emosi sudah berkurang, maka pikiran rasional akan lebih mudah bekerja. "Misalnya, ada teman sangat dekat mengajak kita untuk investasi. Dari penjelasan dia, kita menilai itu bagus dan aman. Di situ kita nggak langsung bilang 'Iya'. Tunda pengambilan keputusannya satu hari. Kalau dia bilang, 'Wah besok sudah terlambat dan sebagainya', jangan terpancing di situ. Kasih waktu satu hari minimal," kata Ivan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement