REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penelitian terkini mengungkap adanya kemungkinan varian virus SARS-CoV-2 tersembunyi dari sistem kekebalan di berbagai bagian tubuh pasien Covid-19. Itu dapat membuat pembersihan virus secara menyeluruh menjadi sukar.
Studi digagas oleh tim internasional yang dipimpin oleh para peneliti dari University of Bristol, Inggris, dan Max Planck Institute for Medical Research di Jerman. Hasil temuan yang diungkap peneliti sudah diterbitkan dalam jurnal Nature Communications.
Penulis utama studi, Kapil Gupta, menyampaikan bahwa dari penelitian diketahui bahwa seseorang dapat memiliki beberapa varian virus yang berbeda di dalam tubuhnya. Beberapa varian menggunakan sel ginjal atau limpa sebagai tempat bersembunyi.
Varian tidak terdeteksi karena tubuh sibuk bertahan melawan jenis virus yang dominan. "Ini bisa menyulitkan pasien yang terinfeksi untuk menyingkirkan SARS-CoV-2 sepenuhnya," kata Gupta, seperti dikutip dari laman NDTV, Selasa (15/3/2022).
Studi menunjukkan bagaimana virus dapat berevolusi dalam jenis sel berbeda dan menyesuaikan kekebalannya pada inang sama yang terinfeksi. Peneliti menyelidiki fungsi kantong protein lonjakan SARS-CoV-2 dalam siklus infeksi.
Protein lonjakan adalah sesuatu yang memungkinkan Covid-19 dan virus lain masuk ke sel tubuh. Menurut para peneliti, kantong protein lonjakan yang digunakan virus untuk masuk dan menginfeksi sel memainkan peran penting dalam infektivitas virus.
"Kami menganalisis varian awal yang ditemukan di Bristol, BrisDelta. Bentuknya telah berubah dari virus asli, tetapi kantong yang kami temukan ada di sana, tidak berubah," ujar Profesor Imre Berger dari University of Bristol.
Berger mencatat bahwa BrisDelta muncul sebagai subpopulasi kecil dalam sampel yang diambil dari pasien. Akan tetapi, tampaknya varian tersebut menginfeksi tipe sel tertentu lebih baik daripada virus yang mendominasi selama gelombang infeksi pertama.
Dia dan timnya mendapati bahwa kantong protein lonjakan yang dapat mengenali asam lemak memberi SARS-CoV-2 keuntungan di dalam tubuh orang yang terinfeksi. Virus dimungkinkan untuk berkembang biak dengan cepat dan bermutasi menjadi varian berbeda.
Sebaliknya, peneliti mencatat bahwa fitur yang sama juga memberikan peluang unik untuk mengalahkan virus. Hal tersebut karena virus bisa bertahan lama. Cara melawannya ialah dengan menggunakan molekul antivirus yang dibuat khusus yang memblokir kantong.
Untuk menguraikan mekanisme virus, tim menerapkan teknik biologi sintetik mutakhir, pencitraan canggih, dan komputasi awan. Begitu pula dalam memahami fungsi kantong, para ilmuwan membuat virion SARS-CoV-2 sintetis di dalam tabung reaksi.
Sifatnya meniru virus tetapi memiliki keuntungan besar karena aman dan tidak berkembang biak dalam sel manusia. Dengan menggunakan virion buatan itu, para peneliti dapat mempelajari mekanisme yang tepat dari kantong pada infeksi virus.
Mereka menunjukkan bahwa setelah pengikatan asam lemak, protein lonjakan yang melekat pada virion berubah bentuk. Mekanisme bentuk peralihan ini secara efektif menyelubungi virus dari sistem kekebalan. Dengan kata lain, virus menjadi kurang terlihat oleh sistem imun.
"Ini bisa menjadi mekanisme untuk menghindari deteksi oleh inang dan respons imun yang kuat untuk jangka waktu yang lebih lama dan meningkatkan efisiensi infeksi total," ujar peneliti lain dalam studi, Oskar Staufer.