Senin 14 Mar 2022 14:49 WIB

Merek Baru Bermunculan, Minyak Goreng Seperti Apa yang Berkualitas?

Merek-merek baru minyak goreng bermunculan di tengah kelangkaan stok.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Seorang konsumen memilih minyak goreng kemasan 2 kg yang dijual di sebuah supermarket di Kota Bandung, Jawa Barat, Rabu (1/12/2021). Sejak keberadaannya langka, minyak goreng dengan aneka merek baru bermunculan. Hanya saja, masyarakat ragu akan kualitasnya.
Foto:

Penggunaan berulang

Menurut dokter spesialis gizi klinis Inge Permadhi, sebenarnya masyarakat tidak perlu terlalu bingung memilih mana produk yang paling baik di pasaran. Apalagi, jika minyak goreng yang dijual sudah terdaftar di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

"Sesuatu yang dijual harus disahkan, direkomendasikan Kementerian Kesehatan bahwa itu layak. Kalau tidak, dari mana tahu syarat-syarat minyak sebagai layak jual sudah terpenuhi atau belum, kepada siapa kita percaya? Harus kepada pemerintah, di sanalah kepercayaan sebagai konsumen bisa, jadi sudah oke-lah," kata dr Inge saat dihubungi Republika.co.id, dikutip Senin (14/3/2022).

Untuk minyak rumahan atau minyak letik yang terbuat dari bahan kelapa, bukan kelapa sawit, kemungkinan orang tidak tahu proses pembuatannya seperti apa dan bagaimana kandungan persisnya. Sementara itu, acuan BPOM, kandungannya sudah stabil sesuai yang dituliskan produsen di kemasan.

Dari sisi kesehatan, dr Inge menjelaskan bahwa sebaiknya pemakaian minyak goreng hanya boleh sekali pakai. Seharusnya minyak goreng tidak digunakan kembali setelah sekali pemakaian.

Memang ada yang mengatakan, minyak kelapa sembilan kali dipanaskan pun tidak akan jadi masalah. Nutrisinya disebut tidak rusak.

Berbeda dengan minyak sawit yang sudah dipakai menggoreng, misalnya, untuk memasak ikan. Sebenarnya, sesudah itu, minyak tersebut sudah tidak layak dipakai karena dalam ikan, ada zat-zat larut yang akan merusak minyak.

"Jadi kalau menurut saya, sangat tergantung dengan apa yang digoreng, misalnya hanya dipanaskan doang tapi tidak menggoreng, tidak masalah, tapi kalau dibuat menggoreng banyak sekali, harusnya tidak dipergunakan lagi,” jelas dia.

Sementara itu, Prof Sri menjelaskan, minyak yang gelap dan sudah menghitam tentu berbahaya jika digunakan. Sebab, ada senyawa dari proses sisa penggorengan bahan yang bersifat karsinogenik.

Penggunaan minyak disarankan tidak boleh lebih dari tiga pengulangan. Pasalnya, hasil proses pemanasan berulang dengan suhu tinggi memicu radikal bebas yang berbahaya bagi tubuh.

"Jika sering dikonsumsi, memicu penyakit jantung koroner karena ada proses oksidasi, LDL teroksidasi, bisa juga pembentukan plak di pembuluh darah dan bisa ke arah kanker," jelas Prof Sri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement