Kamis 10 Mar 2022 22:08 WIB

Pakar Kesehatan: Penanganan Sinusitis tak Selalu Harus di Meja Operasi

Pakar kesehatan dari Siloam menyebut ubah gaya hidup jadi cara hindari sinusitis

Seseorang alami sinusitis. (ilustrasi). Rhinosinusitis merupakan peradangan pada bagian hidung dan sinus paranasal, yang ditandai dengan gejala antara laun hidung tersumbat, lendir kental pada hidung,nyeri wajah dan kepala.
Foto: www.freepik.com.
Seseorang alami sinusitis. (ilustrasi). Rhinosinusitis merupakan peradangan pada bagian hidung dan sinus paranasal, yang ditandai dengan gejala antara laun hidung tersumbat, lendir kental pada hidung,nyeri wajah dan kepala.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rhinosinusitis merupakan peradangan pada bagian hidung dan sinus paranasal, yang ditandai dengan gejala antara laun hidung tersumbat, lendir kental pada hidung,nyeri wajah dan kepala.

Rhinosinusitis ini pada prinsipnya diakibatkan dari penyakit-penyakit yang sebelumnya sudah ada, misalnya pada penyakit radang hidung (rhinitis), disebabkan oleh alergi atau perubahan suhu, paparan asap, kelainan anatomi hidung yaitu adanya tulang keras atau tulang rawan yang bengkok yang menyumbat saluran atau muara sinus.

"Sinusitis dapat juga disebabkan oleh sakit gigi yang dinamakan sinusitis dentogen, papar dokter Fransiskus H. Poluan. Sp.THT , saat membuka Edukasi bincang sehat melalui Live Instagram, Senin (07/03/2022) yang diselenggarakan oleh Manajemen Siloam Hospitals Mampang di Jakarta. 

Dokter Fransiskus menambahkan gejala umum yang terjadi yaitu ditemukan adanya hidung tersumbat, kemudian adanya lendir pada lubang hidung. Lendir yang kental dengan warna hijau, kuning, ataupun berupa kecoklatan.

Bisa juga disertai dengan nyeri pada bagian wajah seperti diatas pipi dan area sekitar tengah antara mata."Nyeri ini disebabkan oleh adanya peningkatan tekanan dari cairan di dalam sinusnya ataupun akibat adanya penebalan pada lapisan hidung," ungkap Fransiskus. 

Di kalangan usia anak, umum diiringi dengan batuk karena kesulitan dalam upaya mengeluarkan lendirnya.

Tidak selalu tindakan operasi

Pada pemeriksaan dilakukan CT-Scan sinus paranasal agar dapat diketahui apakah ditemukan penumpukan cairan atau penebalan mukosa (lapisan selaput lendir yang berfungsi untuk membuat udara setelah dihirup). Dapat juga dilakukan pemeriksaan dengan Endoskopi agar diketahui apakah ditemukan adanya pembengkakan atau  penyempitan pada saluran muara sinus.

Setiap penyakit yang tidak ditangani dengan baik akan berakibat komplikasi, pada kasus rinosinusitis ini bisa berdampak pada mata menjadi bengkak sampai dapat mempengaruhi penglihatan. 

Ia menambahkan penyakit rhinosinusitis ini tidak selalu harus ditangani dengan tindakan operasi sebagai solusinya."Ada tindakan yang bisa dilakukan untuk langkah non operasi seperti misalnya memperbaiki gaya hidup, kemudian menghindari paparan debu yang menyebabkan alergi, olahraga teratur untuk meningkatkan imun tubuh," tutur dokter yang menamatkan pendidikan spesialis THTKL  di Unpad melanjutkan sesi edukasinya. 

Selain memperbaiki gaya hidup, menghindari paparan zat yang dapat menggangu lapisan dalam (mukosa) hdung juga bisa dilakukan dengan metode pengobatan yang bisa mengurangi radang/pembengkakan dan bisa mengurangi alerginya, serta obat yang dapat mengurangi sumbatan dan pemberian antibiotik duberikan sebijak mungkin  karena penyakit rhinosinusitis ini paling banyak disebabkan oleh virus, bukan bakteri.

Setelah dilakukan pengobatan secara maksimal tetapi tidak ditemukan perubahan, maka langkah terakhir akan dilakukan tindakan operasi dengan tujuan membuka saluran yang tertutup atau tersumbat, dan memelihara lapisan-lapisan yang masih berfungsi dengan baik.

"Jadi selama tidak ditemukan komplikasi pada penyakit rinosinusitis, maka tindakan operasi tidak diperlukan," pungkas dokter Fransiskus.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement