Rabu 23 Feb 2022 01:41 WIB

Studi: Pasien Covid-19 Alami Masalah Kesehatan Mental Saat Melawan Virus

Di Inggris, jutaan orang dilaporkan berjuang dengan masalah kesehatan mental.

Rep: Santi Sopia/ Red: Qommarria Rostanti
Pasien SARS-CoV-2 mengalami masalah kesehatan mental saat berjuang melawan virus.
Foto: republika.co.id
Pasien SARS-CoV-2 mengalami masalah kesehatan mental saat berjuang melawan virus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sudah hampir dua tahun sejak Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan Covid-19 sebagai darurat kesehatan global. D dunia pun terus bergulat dengan dampaknya. 

Di tengah perjuangan yang berkelanjutan untuk menahan dan memadamkan virus corona baru, para ahli telah mengamati lonjakan masalah kesehatan mental akhir-akhir ini. Penelitian yang diterbitkan di jurnal The BMJ menunjukkan bahwa pasien SARS-CoV-2 mengalami masalah kesehatan mental saat berjuang melawan virus. Untuk penelitian besar, tim dari St Louis menggunakan data dari 153.848 orang (kelompok Covid-19) yang dicatat oleh Administrasi Kesehatan Veteran.

Para peneliti membandingkan informasi mereka dengan kelompok 5,6 juta orang tanpa bukti infeksi virus (kelompok kontemporer) dan kelompok 5,8 juta orang sebelum pandemi (kelompok historis). Semua data yang digunakan untuk penelitian ini berasal dari orang-orang yang tidak memiliki diagnosis atau perawatan kesehatan mental selama setidaknya dua tahun sebelum infeksi Covid-19 mereka.

Usia rata-rata peserta adalah 61 tahun, dan sekitar 91 persen di antaranya adalah laki-laki. Kelompok Covid-19 juga dibagi lagi menjadi dua klasifikasi, yaitu mereka yang dirawat di rumah sakit selama fase infeksi akut dan yang tidak.

Baca juga : Sebagian Pakar Pertimbangkan Vaksin Covid-19 Dosis Keempat, Perlukah?

Setelah membandingkan semua angka dan menganalisis data, para peneliti mengatakan bahwa kelompok Covid-19 menunjukkan peningkatan risiko gangguan kecemasan insiden, penurunan neurokognitif insiden, dan gangguan tidur. Kelompok pasien yang dirawat di rumah sakit selama fase infeksi akut juga mencatat insiden tertinggi gangguan kesehatan mental.

Secara spesifik, pasien Covid-19, sebanyak 39 persen lebih mungkin mengalami gangguan depresi. Lalu 35 persen gangguan kecemasan beberapa bulan setelah infeksi, 38 persen didiagnosis dengan gangguan stres dan penyesuaian, dan 41 persen gangguan tidur. gangguan. Secara keseluruhan, kelompok Covid-19 melaporkan kemungkinan 80 persen mengembangkan masalah neurokognitif, menurut New York Post.

Di Inggris, jutaan orang dilaporkan berjuang dengan masalah kesehatan mental di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlanjut. Sebagian besar kasus sedang menunggu bantuan dan perawatan profesional karena layanan kesehatan mental spesialis telah menjadi begitu kewalahan dengan kasus-kasus depresi, kecemasan, psikosis, dan gangguan mental lain yang mengejutkan.

Sekitar 1,6 juta pasien saat ini menunggu perawatan khusus, sementara delapan juta lainnya tidak dapat masuk dalam daftar tunggu, menurut laporan Guardian, mengutip data Konfederasi NHS dan Royal College of Psychiatrists.

Baca juga : Wiku Ingatkan Kasus Covid-19 di Luar Jawa-Bali Naik Signifikan

Kepala Eksekutif Konfederasi NHS, Matthew Taylor, mengatakan telah bergerak menuju fase baru kebutuhan untuk hidup dengan virus corona. Tetapi untuk sejumlah orang yang mengkhawatirkan, virus ini meninggalkan warisan kesehatan mental yang buruk dan terus berkembang sehingga layanan tidak dilengkapi untuk menangani secara memadai saat ini.

Lonjakan masalah kesehatan mental tidak hanya terjadi di AS dan Inggris. Negara dan wilayah lain juga telah melaporkan peningkatan kasus. 

Pada 2021, sebuah penelitian yang diterbitkan di The Lancet menunjukkan bahwa tambahan 53,2 juta kasus depresi berat dan 76,2 juta kasus kecemasan didiagnosis di seluruh dunia karena krisis kesehatan global. Kepala penelitian dan pengembangan untuk VA St Louis Health Care System, Dr Ziyad Al-Aly, mengatakan angka-angka yang mereka presentasikan dalam laporan harus memberikan gambaran tentang keparahan situasi dan urgensi untuk mengatasinya.

“Kita perlu memberi mereka perawatan yang mereka butuhkan sehingga ini tidak berubah menjadi krisis yang jauh lebih besar. Hanya karena dahsyatnya Covid -19 di AS, angka di sini benar-benar mewakili jutaan orang,” ujarnya kepada St Louis Post-Dispatch, dilansir di Medical Daily, Senin (21/2/2022).

Al-Aly, yang juga bekerja sebagai ahli epidemiologi klinis di Washington University, mendorong semua orang untuk menjaga kesehatannya dengan berolahraga. Selain itu, berhubungan dengan orang yang dicintai dan mengurangi stres. Dia menyebut, yang terbaik adalah mencari bantuan dan berbicara dengan dokter tentang gejala yang dialami.

Baca juga : Ketum KNPI: Ferdinand Minta Maaf Setelah akan Dilaporkan

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement