REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menjelang bulan Ramadan, Twitter membagikan tiga hal penting yang dapat dimanfaatkan oleh brand dalam meluncurkan kampanye yang efektif di platform mereka. Country Industry Head Twitter Indonesia Dwi Adriansah mengatakan, Twitter menjadi salah satu platform utama yang digunakan masyarakat untuk melakukan percakapan mengenai Ramadan. Menurutnya, hal tersebut dapat dimanfaatkan brand untuk melakukan kampanye.
"Berapa lama idealnya kampanye dijalankan? Dari studi yang kita lakukan, menggunakan pendekatan Ramadan, ada tujuh minggu di dalamnya. Jadi, brand bisa kampanye Ramadan sejak sebelum hingga setelah periode Ramadan," kata Dwi saat jumpa pers virtual, Selasa (22/2/2022).
Adapun tiga hal penting yang harus diperhatikan brand agar dapat meluncurkan kampanye Ramadan di Twitter yang lebih efektif adalah sebagai berikut. Pertama, 74 persen warga Twitter di Indonesia memutuskan untuk lebih aktif di media sosial selama bulan Ramadan tahun ini. 67 persen berencana untuk streaming film atau serial TV favorit dan 36 persen lainnya berencana untuk berbelanja online.
Percakapan tentang belanja Ramadan tahun ini meningkat 2,9 kali dibandingkan tahun sebelumnya. Topik belanja ramai dibicarakan sejak cairnya Tunjangan Hari Raya (THR).
Mereka saling berbagi tentang rencana untuk berbelanja serta menyenangkan diri sendiri dan keluarga menjelang Hari Raya. Selain itu, 44 persen mengatakan Ramadan juga menjadi saat yang tepat untuk terhubung dengan anggota keluarga atau komunitas yang turut merayakan Ramadan.
Kedua, cuitan yang penuh harapan mewarnai linimasa Twitter. 58 persen orang berharap kondisi akan menjadi lebih baik sebelum April 2022. Dari data tersebut, masyarakat yang berusia 30 tahun ke atas lebih optimis dibandingkan mereka yang berusia 18-29 tahun.
Ketiga, Twitter jadi referensi bagi warganet di Indonesia untuk mencari beragam konten Ramadan.Sebanyak 94 persen Gen-Z berencana untuk berbelanja dan mereka lebih tertarik melihat konten untuk konsumsi pribadi, seperti promosi atau diskon (52 persen) dan pertunjukan atau konser virtual di Twitter (45 persen). Sedangkan generasi sebelum Gen-Z di Twitter lebih tertarik mencari cara untuk terhubung dengan orang lain dari sisi spiritual melalui konten-konten motivasi (61 persen) dan bagaimana cara mereka bisa membantu sesama (50 persen).
"Dengan ketertarikan orang-orang di Twitter terhadap konten inspirasi belanja, rekomendasi produk, pertunjukan atau konser virtual dan saling berbagi kepada sesama, brand yang bisa menjadi bagian dari percakapan dapat meningkatkan keberhasilan kampanye mereka di Twitter," pungkas Dwi.