REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Para ilmuwan Inggris yang dipimpin University of Oxford pada Jumat (18/2/2022) mengatakan, pemahaman saat ini soal long Covid-19 menjadi masalah utama jangka panjang bagi sistem kesehatan global. Demikian juga dengan opsi untuk mengobatinya.
Kesimpulan itu diambil usai mereka meninjau efek samping pada penyintas. Long Covid merupakan kondisi ketika orang yang telah sembuh dari infeksi SARS-CoV-2, virus corona tipe baru penyebab Covid-19, masih merasakan gejala penyakit tersebut.
Tinjauan tersebut diterbitkan di European Heart Journal. Dalam tinjauannya, para peneliti melihat berbagai dampak langsung infeksi Covid-19, seperti serangan jantung atau peradangan pada otot jantung yang merupakan kondisi jantung parah dan efek jangka panjang seperti kelelahan dan kesehatan mental.
"Long Covid, selain berdampak besar bagi individu (penyintas), juga mempunyai konsekuensi ekonomi dan sosial yang luar biasa, karena menyebabkan orang harus meninggalkan pekerjaan, kinerja menurun, dan oleh sebab itu kerugiannya tak terduga," kata Thomas Lscher dari Royal Brompton and Harefield Clinical Group.
Sementara itu, sebuah riset oleh Badan Keamanan Kesehatan Inggris Raya (UKHSA) menemukan bahwa orang-orang yang sudah mendapatkan vaksin Covid-19 lengkap cenderung tidak mengalami gejala Covid-19 berkepanjangan (long Covid) setelah terinfeksi virus. Penelitian itu menilik 15 studi nasional dan internasional mengenai dampak long Covid.