Kamis 17 Feb 2022 01:00 WIB

Infeksi HIV Berhasil Disembuhkan pada Pasien Perempuan 'New York'

Ilmuwan berhasil sembuhkan pasien yang kerap dipanggi 'Pasien New York' dari HIV.

Rep: Adysha Citra Ramadani/ Red: Nora Azizah
Ilmuwan berhasil sembuhkan pasien yang kerap dipanggi 'Pasien New York' dari HIV.
Foto: www.freepik.com
Ilmuwan berhasil sembuhkan pasien yang kerap dipanggi 'Pasien New York' dari HIV.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tim peneliti asal Amerika Serikat kemungkinan telah berhasil menyembuhkan infeksi HIV pada seorang pasien perempuan untuk pertama kalinya. Pasien tersebut kini tak lagi mengonsumsi obat, sehat, dan tak bergejala.

Pasien perempuan ini terdiagnosis dengan HIV pada 2013, lalu terdiagnosis dengan leukemia pada 2017. Pasien yang kerap disebut sebagai "Pasien New York" tersebut mencapai kesembuhan setelah menjalani terapi transplantasi sel punca. Tim peneliti memperkirakan akan ada lebih banyak pasien yang akan menerima terapi serupa setiap tahunnya nanti.

Baca Juga

Dalam terapi ini, peneliti menggunakan kelainan genetik resisten HIV yang berasal dari darah tali pusat seorang pendonor bayi. Sel yang memuat kelainan genetik tersebut kemudian disatukan dengan sel punca dari seorang pendonor dewasa.

Sebelumnya, sudah ada tiga pasien laki-laki yang telah sembuh atau sangat mungkin sudah sembuh dari HIV. Tim peneliti juga mengungkapkan ada dua pasien perempuan yang sistem imunnya memiliki kemampuan luar biasa dalam membunuh virus.

Kedua pendonor tersebut sebenarnya hanya memiliki kecocokan HLA sebagian dengan Pasien New York. Akan tetapi, kombinasi keduanya memungkinkan transplantasi untuk dilakukan pada Pasien New York.

"Penting adanya kesuksesan yang berlanjut di jalur ini," ungkap Direktur Divisi AIDS dari National Institute of Allergy and Infectious Diseases yang menjadi bagian dalam studi, Carl Dieffenbach, seperti dilansir CNBC, Kamis (17/2/2022).

Pasien paling pertama yang dinyatakan berhasil sembuh dari HIV adalah seorang warga Amerika Serikat bernama Timothy Ray Brown. Brown yang menderita leukemia mieloid akut menjalani transplantasi sel punca dari seorang pendonor yang memiliki kelainan genetik langka. Kelaian genetik tersebut dapat membuat sel imun yang kerap diserang HIV menjadi kebal terhadap virus tersebut.

Keberhasilan terapi Brown diumumkan kepada publik pada 2008. Setelah itu ada dua pasien laki-laki lain yang juga meraih kesembuhan dari terapi serupa. Akan tetapi, pada beberapa pasien lain terapi yang sama tidak memberikan kesembuhan.

Tujuan dari proses terapi transplantasi sel punca ini adalah mengganti sistem imun seorang individu dengan sistem imun orang lain, menyembuhkan kanker sekaligus HIV. Untuk melakukannya, dokter harus menghancurkan sistem imun original dengan kemoterapi atau terkadang radiasi. Melalui proses ini, sel imun yang kemungkinan masih membawa HIV diam-diam bisa dihancurkan sebanyak mungkin. Setelah itu, dokter akan mentransplantasikan sel punca yang resisten terhadap HIV kepada pasien.

Perlu diketahui bahwa transplantasi sel punca merupakan prosedur yang berisiko. Oleh karena itu, sebagian ahli menilai terapi transplantasi sel punca untuk menyembuhkan HIV tidak etis bila diberikan kepada orang-orang yang tak mengidap kanker atau penyakit mematikan lain, yang membuat mereka layak untuk menjadi kandidat dalam penelitian.

"Meski kami sangat bergembira (karena ada satu pasien HIV lagi yang smebuh), metode ini bukan strategi yang layak untuk semua orang, kecuali untuk sedikit pasien dari jutaan orang yang hidup dengan HIV," jelas spesialis penyakit menular anak di Johns Hopkins University School of Medicine Dr Deborah Persaud.

Dr Koen van Besien dari program transplantasi sel punca di Weill Cornell memperkirakan ada sekitar 50 persen pasien per tahun di Amerika Serikat yang mungkin akan mendapatkan dari terapi transplantasi sel punca ini.

Terlepas dari keberhasilan yang sudah dicapai, spesialis penyakit menular anak di David Geffen School of Medicine UCLA, Dr Yvonne J Bryson, menilai penggunaan kata sembuh kurang tepat. Menurut Dr Bryson, Pasien New York saat ini lebih tepat disebut sedang berada pada fase remisi HIV.

Dr Bryson mengatakan Pasien New York saat ini memiliki kondisi yang sehat. Pasien tersebut juga asimtomatik atau tidak menunjukkan gejala.

"Dia menikmati kehidupannya," ungkap Dr Bryson.

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement