Selasa 15 Feb 2022 21:45 WIB

Pakar Kesehatan Dorong Antisipasi Pandemi Baru Ditularkan Hewan

Penyakit tidak menular maupun yang ditularkan lewat hewan berpotensi menjadi pandemi.

Sejumlah penyakit tidak menular maupun yang ditularkan melalui hewan berpotensi menjadi pandemi baru. (ilustrasi)
Foto: EPA-EFE/MALAYSIA'S SABAH WILDLIFE DEPART
Sejumlah penyakit tidak menular maupun yang ditularkan melalui hewan berpotensi menjadi pandemi baru. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pasca-Sarjana Universitas YARSI, Prof Tjandra Yoga Aditama, mengatakan sejumlah penyakit tidak menular maupun yang ditularkan melalui hewan berpotensi menjadi pandemi baru. Hal itu bisa terjadi jika tidak ada persiapan strategi penanganan secara global yang optimal.

"Pandemi akan ada lagi ke depan, baik Covid-19 maupun pandemi yang lain. Kemungkinan yang paling besar influenza atau yang berhubungan dengan binatang atau zoonotic diseases," kata Tjandra dalam diskusi virtual yang diikuti melalui Zoom di Jakarta, Selasa (15/2/2022).

Baca Juga

Berdasarkan laporan "A World At Risk" yang dirilis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2019-2020, kata Tjandra, dicantumkan berbagai penyakit yang menurut para ahli berpotensi memicu wabah yang berpotensi lepas kendali, di antaranya wabah Ebola, virus Zika, hingga Dengue. Dalam webinar bertajuk "Menilik Arsitektur Kesehatan Global Dalam G-20 Tahun 2022" yang diselenggarakan Civil-20 (C20), Tjandra mendorong peran G-20 untuk mengantisipasi potensi pandemi lanjutan. Di antaranya melalui peningkatan peran kepemimpinan global untuk menggerakan peran multisektoral dalam mengantisipasi pandemi lanjutan.

Berikutnya memperkuat independensi, wewenang, dan pembiayaan WHO, mendorong investasi global dalam kesiapsiagaan untuk menciptakan kapasitas kesehatan yang berfungsi penuh di tingkat nasional, regional dan global. "Saya selalu contohkan, tentara selalu berlatih untuk perang yang tidak tahu kapan. Bukan hanya tenaga kesehatan yang harus latihan, multisektoral juga perlu dilatih terus-terusan. Itu yang belum dan harus dilakukan untuk persiapan," katanya.

Tjandra yang juga mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu juga mendorong G-20 membangun sistem internasional untuk surveilans dan peringatan terhadap potensi pandemi lanjutan. Membangun platform pranegosiasi untuk alat kesehatan dan persediaan. "Pengalaman kemarin kita tidak ada obat-obatan, oksigen dan lainnya kita perlu antisipasi ke depan," katanya.

Hal penting lainnya adalah meningkatkan pembiayaan global. "Presiden Joko Widodo menyampaikan perlunya pendanaan global untuk kesehatan publik," katanya.

Terakhir, negara-negara perlu membentuk koordinasi nasional tingkat tinggi untuk kesiapsiagaan dan respons pandemi. "Masing-masing negara perlu badan khusus yang memiliki kebijakan tingkat tinggi untuk pengendalian pandemi," ujarnya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement