REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG – Arei berkolaborasi dengan penulis, penggiat alam, Harley Sastha, mengemas sebuah karya dokumenter bertemakan alam berjudul Majestic Tambora. Majestic Tambora menceritakan napak tilas perjalanan Heinrich Zollinger, seorang ahli botani berkebangsaan Swiss, yang pernah datang ke Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tahun 1847 untuk melakukan riset usai meletusnya Gunung Tambora di masanya.
CEO dan Co CEO Arei Outdoor Gear yakni Billy Andreas Budijanto dan George Johanes Budijanto mengatakan, Arei akan terus mendukung pelestarian alam di Indonesia baik dalam bentuk sponsor maupun dukungan prasarana bagi para pendaki layaknya membuat shelter emergency diberbagai pegunungan ataupun lokasi wisata alam di Indonesia.
“Adalah suatu kehormatan bagi Arei bisa bekerja sama dengan penggiat alam Harley Sastha yang sudah dikenal luas dikalangan pecinta alam Indonesia. Konsep dan ide yang dituangkannya dalam dokumenter Majestic Tambora tujuannya sama dengan visi kami, yakni sama-sama berkomitmen peduli terhadap lingkungan alam di seluruh Indonesia. Arei harus menjadi perahu untuk para pecinta alam untuk menjaga dan merawat kelestarian alam kita. Untuk itu kami wajib mendukung setiap program edukasi dan juga budaya Indonesia yang terkait dengan potensi wisata alam dan pegunungan di Tanah Air kita yang sangat indah,” kata Billy di Bandung, Kamis (10/2/2022).
Ia mengatakan, film dokumenter Majestic Tambora untuk menunjukkan budaya, edukasi dan juga keindahan potensi alam Indonesia. Konon dikatakan bahwa letusan kolosal gunung Tambora di Semenanjung Sanggar, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, pada 10 April 1815 silam, dikenal luas menjadi salah satu letusan gunung api terbesar di dunia dalam sejarah manusia modern. Itu sebagaimana yang diceritakan oleh pendaki pertama Tambora pasca erupsinya, Henrich Zollinger seorang naturalis dan ilmuwan dalam catatan jurnal penelitiannya terhadap letusan gunung Tambora yang melegenda.
“Dokumenter Majestic Tambora adalah awalan dari dukungan nyata Arei untuk Indonesia dalam dokumentasi bertemakan alam sekaligus juga bentuk penghormatan bagi para pecinta alam diseluruh Indonesia yang mau menjaga kelestarian lingkungan. Dukungan dari Arei Outdoor Gear tidak akan berhenti sampai di sini, kita akan buat materi lain yang dapat mendukung setiap kegiatan yang berhubungan dengan pelestarian alam Indonesia," kata George.
"Selain itu kami akan melanjutkan perjuangan untuk membuat Shelter Emergency di salah satu wilayah pegunungan Indonesia yang sebentar lagi akan kami rilis," kata dia menambahkan.
Dalam menggarap dokumenter Majestic Tambora, Harley Sastha menjelaskan, sebagai pendaki gunung dan travel writer, Gunung Tambora mempunyai tempat khusus dalam diri dirinya. Tidak heran ia berkali-kali mendakinya melalui jalur yang berbeda. Namun kali ini, Ia memulai pendakiannya dengan menelusuri route Henrich Zollinger di Piong, kemudian mendatangi Doroncanga, Pancasila, dan Kawinda To’i. Dengan tujuan untuk mencari jawaban dari pertanyaan, benarkah letusan Tambora begitu dahsyatnya.
“Salah satu pesan yang tersirat adalah menyadarkan kembali bahwa taman nasional yang ada di Indonesia seperti Gunung Tambora, punya segudang cerita sejarah dunia yang sangat penting," kata dia.
"Proses pengambilan gambarnya ada ditiga lokasi yakni Gunung Tambora, Jakarta dan Bandung dan perlu waktu hampir dua tahun saya meneliti sekaligus membuat dokumenter ini," kata dia menambahkan.
Ia mengatakan, tidak berlebihan rasanya, jika Gunung Tambora dikatakan sebagai salah satu ‘laboratorium gunung api dunia’, yang menyimpan banyak misteri untuk dapat dipecahkan secara ilmu pengetahuan. Letusan Tambora juga bisa dikatakan sebagai salah satu asset bangsa yang potensial dan berdampak luas, mengingat sejarah panjang Tambora yang unik serta kekayaan potensi yang dimilikinya.
Sejauh ini, dokumenter Majestic Tambora telah diputar dan turut disaksikan oleh tokoh-tokoh pecinta alam pada akhir bulan Januari lalu di Perpustakaan Nasional Jakarta. Ke depannya Arei juga akan menggelar pemutaran dokumenter tersebut diseluruh toko Arei dan juga keberbagai komunitas pecinta alam lainnya diseluruh Indonesia.