Selasa 08 Feb 2022 16:21 WIB

Pengembang: Banyak Orang Jadi Meninggal Gara-Gara Isu Efek Samping Vaksin AstraZeneca

Efek samping vaksin Covid-19 AstraZeneca sempat dikhawatirkan negara-negara Eropa.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Reiny Dwinanda
Vaksin Covid-19 AstraZeneca. Medicines and Healthcare Regulatory Agency (MHRA) di Inggris temukan kasus langka mielitis transversa pada penerima vaksin Covid-19 AstraZeneca alias Vaxzevria. Kasus efek samping langka seperti ini sempat menjegal penggunaan vaksin AstraZeneca.
Foto: ANTARA/Aji Styawan
Vaksin Covid-19 AstraZeneca. Medicines and Healthcare Regulatory Agency (MHRA) di Inggris temukan kasus langka mielitis transversa pada penerima vaksin Covid-19 AstraZeneca alias Vaxzevria. Kasus efek samping langka seperti ini sempat menjegal penggunaan vaksin AstraZeneca.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Profesor Kedokteran University of Oxford yang juga pengembang vaksin AstraZeneca, Sir John Bell, mengecam politisi Uni Eropa yang menyebabkan kebingungan terkait vaksin pada tahun lalu. Kecaman tersebut datang di puncak peluncuran proyek vaksin penyelamat jiwa.

Menjelang pemutaran film dokumenter BBC tentang vaksin, John menuding para ilmuwan dan politisi mungkin punya andil dalam kematian ratusan ribu orang dengan penyebaran informasi yang meragukan manfaat vaksinasi. Menurutnya, mereka telah merusak reputasi vaksin dan pandangan itu menyebar ke seluruh dunia.

Baca Juga

John mencontohkan masa ketika Inggris meluncurkan vaksin buatan AstraZeneca pada tahun lalu dalam upaya untuk mengurangi angka Covid-19. Beberapa negara Eropa malah menghentikan penggunaannya di tengah ketakutan akan risiko pembekuan darah mungkin terjadi.

Agensi Obat-obatan Eropa (EMA) kemudian mengumumkan bahwa vaksin AstraZeneca aman dan efektif untuk mengurangi kasus Covid-19. Setelah itu, negara-negara di Eropa berbalik kembali menggunakan vaksin buatan Inggris itu setelah pengumuman keamanan dan efikasinya.

Padahal, para ilmuwan telah memperingatkan bahwa pendekatan yang terlalu hati-hati yang diambil oleh sejumlah pemimpin malah dapat menimbulkan kerugian dalam penanganan Covid-19. Apalagi, risiko terjadinya efek samping yang dikhawatirkan itu sangat langka.

Pengawas obat-obatan Eropa kemudian mengatakan, pembekuan darah harus terdaftar sebagai efek samping yang sangat langka dari vaksin Covid-19 AstraZeneca. Meski ada risiko itu, masyarakat tetap harus terus divaksinasi.

Badan Regulasi Obat dan Kesehatan Inggris (MHRA) juga memutuskan mereka yang berusia di bawah 40 tahun harus menerima vaksin selain AstraZeneca untuk menghindari risiko efek samping yang sangat langka tersebut. Kepala Eksekutif MHRA, dr June Raine, sebetulnya mengatakan, pembekuan darah merupakan risiko yang sangat kecil.

"Risikonya tetap sangat kecil, walaupun memang terdapat bukti adanya hubungan antara vaksin dan pembekuan darah," kata Raine.

photo
Cara mengatasi efek samping vaksinasi Covid-19. - (Republika)

Terlepas dari itu, menurut John, penundaan dan ketakutan masyarakat selama tahap awal peluncuran vaksin di seluruh Eropa telah menyebabkan kerugian besar. Hal ini terlihat setelah Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut vaksin sepertinya tidak efektif pada orang tua.

Akibatnya, dosis vaksin banyak yang terbuang karena masyarakat tidak mau mendapatkannya. Di tempat lain di Eropa, vaksin AstraZeneca dipandang tidak aman atau dijadikan pilihan setelah mempertimbangkan harganya lebih murah dari vaksin Covid-19 lainnya.

Padahal, menurut John, pengembang vaksin AstraZeneca sebetulnya memang menginginkan vaksin dengan harga murah dan bisa tersedia untuk digunakan di seluruh dunia. Mereka bahkan sengaja tak memetik keuntungan dengan mematok harga tiga pound sterling (sekitar Rp 58 ribu) saja per dosis.

Angka itu seperlima dari harga vaksin Pfizer. Gara-gara harganya, vaksin AstraZeneca malah dijuluki "vaksin Aldi" di Belgia, merujuk pada nama supermarket murah. Sementara itu, Denmark sepenuhnya membuang vaksin yang dapat menyelamatkan jiwa tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement