REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Melihat kenaikan tren percepatan adopsi digitalisasi bisnis sebesar 70 persen, sebagaimana dilansir IDC Futurescape, HashMicro hadir dengan inovasi teranyar di 2022 ini. Perusahaan tersebut baru saja merilis versi terbaru dari produk solusi manajemen bisnis ERP-nya yang telah didukung oleh teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).
Gabungan dari kedua teknologi ini nantinya dapat memudahkan pengambilan keputusan bisnis dengan pertimbangan risiko bertingkat, auto-upsell produk, otomatisasi pekerjaan, dan masih banyak lagi.
Inovasi ini merupakan terobosan baru. Pasalnya, hingga saat ini, di Indonesia belum dijumpai provider sistem otomasi bisnis yang terintegrasi dengan AI.
"Hadirnya fitur ini di dalam sebuah sistem ERP diharapkan, dapat memberikan industri pilihan perangkat pendukung digitalisasi yang lebih canggih guna menghasilkan profitabilitas yang berkelanjutan," kata Business Development Director HashMicro, Lusiana Lu dalam rilisnya yang diterima Republika.co.id, Senin (31/1/2022)
Dia memaparkan, sebagaimana diteliti oleh CTI Group, software AI-ERP ini juga berpotensi meningkatkan produktivitas perusahaan sebesar 40 persen di tahun 2035. Serta, memberikan Nilai Tambah Bruto (GVA) di 16 industri sebesar USD 14 triliun.
“Dengan potensi pendapatan yang fantastis, maka kita tetapkan tahun 2022 menjadi tahun di mana kita menggiatkan digitalisasi berbasis AI,” ujarnya.
Lusiana melanjutkan, AI merevolusi peran dari sistem ERP yang sudah ada. Jika sistem ERP fokus pada otomatisasi proses bisnis dan analisis data, serta sentralisasi bisnis, fitur AI dapat melengkapi itu semua dengan saran optimasi bisnis melalui beragam informasi bisnis berupa forecasting, historical data, auto-action dan potensi optimasi efisiensi.
“Masalah utama perusahaan yang kami temui adalah minimnya sumber daya untuk melakukan analisis bisnis jangka panjang. Karena itulah kami hadir dengan solusi AI ini," ujarnya.
"Pertama, kita fokus untuk mengeliminasi hambatan berupa proses administrasi dan kalkulasi data yang kompleks. Lalu, AI akan bertindak sebagai asisten virtual yang membantu pengambilan keputusan dan menginformasikan potensi risiko,” katanya lagi.
Integrasi dua teknologi ini akan berpengaruh tidak hanya pada produktivitas, tapi juga memiliki dampak yang signifikan terhadap kemampuan bisnis beradaptasi terhadap pasar yang fluktuatif. Serta, memberikan sumber daya lebih dari segi waktu dan materi untuk fokus pada pertumbuhan bisnis.
Menanggapi meningkatnya adopsi teknologi di industri belakangan ini, Lusiana juga yakin, ke depannya potensi-potensi bisnis serta angka-angka prediksi yang menggiurkan dapat terwujud. “Berlawanan dengan kepercayaan masyarakat umum, perusahaan-perusahaan di Indonesia sebetulnya sangat terbuka dalam investasi teknologi," katanya.
Hal ini, terutama terjadi pada perusahaan keluarga yang dikelola oleh generasi kedua dan ketiganya. Selain lebih akrab dengan teknologi, para pegiat usaha generasi saat ini sangat menyadari pentingnya penerapan teknologi.
Dalam jangka pendek, HashMicro berorientasi untuk memastikan bahwa Sistem ERP berbasis AI ini dapat dijangkau dengan mudah oleh para pegiat bisnis. Sementara untuk jangka panjang, Lusiana dan tim sedang dalam tahap riset dan pengembangan untuk meluncurkan lebih banyak fitur cerdas lainnya untuk mendukung smart business.
“Indonesia memang sedang fokus mematangkan revolusi industri 4.0. Kita bergerak di sana mendukung pemerintah, namun juga fokus menyiapkan industri 5.0,” ucap Lusiana.