REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Merck & Co Inc dan mitranya Ridgeback Biotherapeutics mengatakan, pada Jumat (28/1/2022), enam penelitian laboratorium menunjukkan molnupiravir, obat oral COVID-19 eksperimental mereka, aktif memerangi varian Omicron yang menyebar cepat. Data tersebut mengevaluasi aktivitas antivirus molnupiravir dan agen antivirus COVID-19 lainnya terhadap varian COVID-19 yang menjadi perhatian.
"Molnupiravir belum diteliti terhadap Omicron dalam riset pada manusia," tulis Merck dalam pernyataan, dilansir dari reuters, Jumat.
Molnupiravir dan pil oral saingan dari Pfizer Inc disahkan di Amerika Serikat pada Desember dan dianggap sebagai perangkat penting melawan Omicron. Pfizer mengatakan pada Desember, data laboratorium menunjukkan obatPaxlovid buatannyamempertahankan efektivitasnya melawan Omicron.
Merck mengatakan awal bulan ini pilnya memiliki mekanisme yang dapat bekerja melawan Omicron dan varian lainnya. Molnupiravir telah diizinkan untuk digunakan di lebih dari 10 negara, termasuk AS, Inggris, dan Jepang.
Sebelumnya, Amerika Serikat (AS) kekurangan pasokan dua pil antivirus yang seharusnya menjadi senjata melawan Covid-19. Saat ini, produksi pil masih terus dilakukan dan membutuhkan waktu antara lima hingga delapan bulan.
Sementara itu, pasokan obat diperkirakan akan meningkat dalam beberapa bulan menandatang. Para dokter menuntut peluncuran pil bukan karena adanya ledakan kasus Omicron melainkan dua obat antibodi sebelumnya tidak bekerja dengan baik.
“Ini seharusnya menjadi saat yang sangat menggembirakan karena kita sekarang memiliki pil antivirus yang sangat efektif. Sebaliknya, sekarang menjadi momen yang sulit dan kacau di tengah pandemi,” kata Apoteker dan Administrator di University of Pittsburgh Medical Center, Erin McCreary.
Sekarang, pil dan obat Covid-19 tengah dijatah dengan baik dan disediakan hanya untuk pasien berisiko tinggi. Ahli Virologi di Univeristy of North Carolina Dr. Myron Cohen mengatakan Januari akan menjadi bulan yang mengerikan dengan sejuta kasus Covid-19 per hari.
Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) mengizinkan dua pil Pfizer dan Merck pada akhir bulan lalu berdasarkan penelitian yang menunjukkan khasiat pil dapat mengurangi risiko penyakit parah dan kematian ketika diberikan setelah gejala muncul. Selain itu, pil tersebut menjadi perawatan Covid-19 pertama karena bisa dikonsumsi di rumah sehingga dapat mengurangi beban rumah sakit.
Pil Pfizer dan Paxlovid dianggap jauh lebih unggul dibandingkan pil Merck. Namun, karena pembuatannya membutuhkan enam hingga delapan bulan, perusahaan mengatakan hanya dapat memasok sekitar 250 ribu program pengobatan pada akhir bulan ini. AS telah memesan cukup Paxlovid untuk merawat 20 juta orang, tetapi 10 juta pesanan pertama tidak akan dikirimkan hingga Juni.