REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Gennova Biopharmaceuticals di India tengah mengembangkan kandidat vaksin COVID-19 khusus untuk virus corona varian Omicron yang siap digunakan dalam 1-2 bulan ke depan. Sumber yang tak mau disebutkan namanya itu mengatakan, vaksin tersebut mungkin memerlukan uji coba kecil di India sebelum digunakan sebagai vaksin tersendiri atau dosis penguat (booster), dilansir dari reuters, Senin (17/1/2022).
Perwakilan Gennova, anak perusahaan farmasi Emcure Pharmaceuticals yang beroperasi di 70 negara, belum menanggapi permintaan untuk memberi komentar. Pfizer Inc pekan lalu mengatakan perancangan ulang vaksin COVID-19 yang khusus menyasar varian Omicron bisa diluncurkan pada Maret.
Sumber itu mengatakan, Gennova pada Jumat mengirimkan data uji klinis tahap 2 kepada regulator obat-obatan India untuk kandidat vaksin berbasis mRNA yang mereka kembangkan. Pemerintah mengatakan tahun lalu vaksin tersebut aman, cukup ampuh, dan memicu respons kekebalan pada peserta uji awal. Jika mendapat izin penggunaan darurat, vaksin itu akan menjadi vaksin COVID-19 pertama India yang berbasis mRNA, seperti vaksin milik Pfizer dan Moderna.
Sebelumnya, sekelompok peneliti dari Ragon Institute of Massachusetts General Hospital, Massachusetts Institute of Technology, dan Harvard melakukan studi lebih lanjut mengenai efektivitas booster di tengah kemunculan varian Omicron.
Dalam studi ini, partisipan dibagi ke dalam empat kelompok. Kelompok pertama terdiri dari orang-orang yang belum pernah terkena Covid-19 dan baru divaksinasi Covid-19 dalam kurun waktu tiga bulan terakhir.
Kelompok kedua terdiri dari orang-oran yang belum pernah terkena Covid-19 dan sudah divaksinasi Covid-19 dalam kurun waktu 6-12 bulan terakhir. Kelompok ketiga teridir dari orang-orang yang sudah divaksinasi dalam kurun waktu 6-12 terakhir dan pernah terkena Covid-19.
Kelompok keempat merupakan orang-orang yang tidak pernah terkena Covid-19 dan telah menerima booster vaksin mRNA dalam tiga bulan terakhir. Kelompok ini merupakan kelompok satu-satunya yang menerima booster.
Melalui perbandingan sampel darah, tim peneliti menemukan bahwa kelompok yang menerima booster memiliki cakupan dan reaktivitas silang yang lebih besar dalam menetralkan respons antibodi terhadap pseudovirus Omicron yang digunakan dalam studi. Studi ini juga menemukan bahwa SARS-CoV-2 hanya menginfeksi sel yang memiliki reseptor ACE2, dan laju infeksi Omicron dua kali lebih tinggi dibandingkan Delta.
Profesor di bidang penyakit menular dari Vanderbilt University Medical Center Dr William Schaffner mengatakan studi ini memang masih memiliki keterbatasan. Akan tetapi, temuan dalam studi ini memberikan penjabaran yang jelas mengenai sisi antibodi dari sistem imun.
"Dua dosis vaksin mRNA, walaupun memberikan tingkat antibodi yang baik, tidak begitu efektif dalam menetralisir varian Omicron," jelas Dr Schaffner, seperti dilansir Medical News Today.