REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kelompok musik rock alternative asal Bandung, Pas Band, menginjak usia 30 tahun pada 4 Januari lalu. Menandai milad band pelopor gerakan indie itu merilis dua judul buku dalam format buku 2in1 yakni We Want Pas dan Beng Beng Apa Adanya.
Hingga kini, mereka telah menghasilkan 10 album. Sebelum sukses seperti sekarang ini, band dengan formasi Yukie Arifin Martawidjaja (vokal), Beng Beng (gitar), Trisnoize (bas), Sandy Andarusman (drum), dan Richard Mutter (drum) memulai karier musik dengan menempuh jalur swadaya atau yang dikenal dengan gerakan indie.
Mereka memelopori gerakan ini untuk ‘melawan’ kekuasaan major label. Sebenarnya, ketika dulu mengawali karier, demo kaset mereka sempat dilirik oleh major label, namun sejumlah syarat diajukan kepada mereka.
Di antara syarat itu adalah mengganti nama band, dan mengubah lirik lagu berbahasa Inggris dengan bahasa Indonesia. Untuk itu mereka ogah menurutinya, hingga kemudian mereka menempuh jalur swadaya dengan memroduksi kaset rekaman sendiri dan menjualnya sendiri mini album 4 Through The Sap dengan melakukan titip edar –melalui jalur distribusi Tropic— di toko kaset Aquarius Dago.
Penjualan mini album 4 Through The Sap meledak, bahkan mengalahkan penjualan album band asing di Aquarius Dago. Sukses menjual album secara swadaya rupanya diendus oleh Event Organizer di Singapura hingga Pas Band diundang pentas di sana. Tak cuma itu, Aquarius Musikindo, salah satu label besar membeli dan memroduksi ulang album debut mereka dan mengikat kontrak langsung tiga album.