Ahad 02 Jan 2022 11:31 WIB

Menikmati Segarnya Dekla di 'Raja Ampat'-nya Riau

Dekla adalah olahan minuman kelapa muda yang menjadi kuliner andalan di Puncak Kompe.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Qommarria Rostanti
Dekla, olahan dari minuman kelapa muda, yang menjadi salah satu andalan kuliner di Puncak Kompe, Kampar, Riau.
Foto: Republika/Rahayu Subekti
Dekla, olahan dari minuman kelapa muda, yang menjadi salah satu andalan kuliner di Puncak Kompe, Kampar, Riau.

REPUBLIKA.CO.ID, KAMPAR -- Puncak Kompe di Desa Koto Mesjid, Kabupaten Kampar, Kepulauan Riau, sudah dikenal juga dengan "Raja Ampat"-nya Riau. Saat menikmati pemandangan pulau-pulau kecil dari Puncak Kompe, sayang sekali jika tidak dilengkapi dengan menikmati dekla.

Saat Republika.co.id beberapa waktu lalu mengunjungi Puncak Kompe, dekla menjadi salah satu andalan kuliner yang wajib dicoba saat datang ke lokasi wisata yang dapat ditempuh dari Pekanbaru sekitar dua jam itu. Dekla merupakan olahan dari minuman kelapa muda.

Baca Juga

PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) bekerja sama dengan Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Riau berhasil memberdayakan masyarakat di Desa Koto Mesjid. Dekla menjadi salah satu pengembangan dari desa wisata Koto Mesjid.

Wisatawan akan merasakan sensasi berbeda saat menikmati olahan kelapa muda itu. Kini air kelapa yang biasanya diseruput dari dalam batok kelapa, berubah menjadi jeli segar yang tetap bisa melepas dahaga setibanya di Puncak Kompe.

Jangan membayangkan air kelapa yang biasanya dinikmati itu berubah menjadi terlalu manis karena disajikan dalam bentuk jeli. Uniknya, meskipun sudah berbentuk jeli, rasa asli air kelapa yang segar dan tidak terlalu manis tetap terasa. Bahkan rasanya tetap seperti menikmati air kelapa namun dalam bentuk jeli lembut.

Pengelola UMKM Dekla Refni Juita menuturkan setelah adanya program binaan dari PHR dan STP Riau, dekla menjadi salah satu andalan kuliner di desa wisata itu. "Awalnya kami hanya jual dekla dari rumah ke rumah, berkat adanya CSR ini banyak wisatawan berkunjung ke desa kami dan meningkatkan penjualan dekla juga," kata Refni.

Dekla dijual di Puncak Kompe seharga Rp 20 ribu. Tak beda dengan penyajian kelapa muda bisanya, dekla juga disajikan dalam keadaan dingin. Buah kelapa untuk menyajikan dekla juga sudah dikemas dengan baik dan dilapisi plastik wrap sehingga memudahkan wisatawan untuk menikmatinya.

Refni menuturkan saat ini sudah ada dua rumah kreatif di desa wisata Koto Mesjid yang memproduksi dekla. Dia mengatakan, hanya menggunakan kelapa lokal untuk memproduksi dekla.

"Kelapa juga diproduksi dari kampung sendiri. Di setiap rumah biasanya ada pohon kelapa di dekat kolam. Kalau pakai kelapa luar, rasanya beda," ujar Refni.

Refni memastikan, sebanyak apapun pesanan saat ramai wisatawan akan diusahakan menggunakan kelapa lokal di desa. Kelapanya langsung dibeli dari penduduk sehingga pengembangan kuliner di desa wisata juga berdampak baik kepada warga sekitar.

Dekla menjadi salah satu pelengkap dari pengembangan wisata berbasis komunitas yang dilakukan PHR dan STP Riau. Konsep tersebut diterapkan dengan mengembangkan destinasi wisata dengan memberdayakan masyarakat lokal. Tak hanya dekla, wisatawan yang berkunjung ke Puncak Kompe juga dapat berkunjung ke Desa Wisata Kampung Patin yang lokasinya tak jauh dari Raja Ampat-nya Riau itu.

Di Desa Wisata Kampung Patin juga terdapat homestay. Ikan patin yang juga langsung dibudidayakan oleh masyarakat juga menjadi andalan kuliner selain dekla. Di homestay yang berada di desa tersebut, wisatawan dapat menikmati beragam olahan ikan patin.

Ikan patin yang disajikan tentunya memiliki cita rasa yang khas. Pengolahannya bahkan disiapkan betul dari mulai budidaya ikan hingga menjadi santapan untuk para wisatawan.

Republika.co.id mencicipi beberapa menu olahan ikan patin. Ikannya terasa tidak berbau lumpur dan sangat terasa segar. Beberapa menu andalan yang disajikan yakni ikan patin yang digulai bersama daun singkong, ikan patin bakar, dan ikan patin asap. Tak hanya itu, dekla pun juga turut hadir untuk menjadi santapan penutup usai menikmati ikan patin.

Direktur STP Riau, Eni Sumiarsih, menuturkan, pencapaian Koto Mesjid sebagai Desa Wisata Kampung Patin merupakan salah satu kebanggan masyarakat. "Ini menjadi energi positif bagi pengembangan desa wisata lainnya di Riau," kata Eni.

Eni menyebut, PHR dan STP Riau memberikan pelatihan dan bimbingan kepada masyarakat untuk meningkatkan keterampilan, pemandu wisata, penginapan, hingga kuliner. Hal tersebut berbuah baik kepada kelengkapan yang dinikmati wisatawan saat berkunjung ke Desa Wisata Koto Mesjid.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement