REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Klaim yang dibagikan secara luas di media sosial telah membuat keputusan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) menghentikan tes PCR untuk Covid-19 kembali menjadi sorotan. "CDC menarik penggunaan tes PCR untuk Covid-19 dan akhirnya mengakui tes tidak dapat membedakan flu dan virus covid,” demikian bunyi tangkapan layar tajuk klaim itu.
Klaim itu mengacu pada keputusan CDC pada Juli untuk menarik tes PCR pada 2022, yang dibuat oleh badan tersebut. Tangkapan layar disukai lebih dari 1.000 kali dalam waktu kurang dari 24 jam. Unggahan lain juga menerima ratusan suka hanya dalam beberapa jam.
Namun, klaim itu merusak fakta. Tes PCR akan dihapus dari daftar tes di bawah otorisasi penggunaan darurat, karena permintaannya telah menurun, bukan karena membingungkan virus. Para ahli mengatakan tes itu tidak akan menunjukkan hasil positif palsu untuk Covid-19, jika orang itu hanya menderita flu.
Tulisan itu mengklaim CDC mengakui tes PCR yang segera dihapus itu tidak dapat membedakan antara flu dan virus covid. Dikatakan kasus flu sangat rendah pada 2020, karena PCR menghitung kasus flu sebagai Covid-19. Namun, itu klaim tidak benar.
Dalam rilis berita Agustus, CDC menulis tes PCR dirancang khusus hanya untuk mendeteksi materi genetik virus SARS-CoV-2, yaitu virus yang menyebabkan Covid-19, bukan influenza yang menyebabkan flu. "Itu tidak mendeteksi influenza atau membedakan antara influenza dan SARS-CoV-2," kata situs web itu dilansir USA Today, Sabtu (1/1).
Dengan kata lain, bukan berarti tes itu tidak dapat membedakan keduanya, tetapi tes itu dirancang hanya untuk mendeteksi Covid-19. CDC menekankan seseorang dengan flu tidak akan mendapat hasil positif dengan tes itu.
Para ahli mengatakan bahwa secara teknis tidak mungkin tes PCR menunjukkan hasil membingungkan antara SARS-CoV-2 dan virus influenza. Tes PCR mengidentifikasi RNA virus yang dikonversi sampai susunan genetik virus dapat dideteksi dan dianalisis.
Dalam kasus ini, karena tes PCR dibuat hanya untuk mengidentifikasi SARS-Cov-2, maka dia tidak dapat mendeteksi atau mengacaukan urutan genetik virus lain seperti influenza. Hal itu diungkapkan direktur medis dari konsorsium pengujian Innovative Genomics Institute's Covid-19, Petros Giannikopoulos.
Pada 21 Juli, CDC mengumumkan menarik permintaan otorisasi penggunaan darurat untuk tes PCR yang dikembangkan agensi setelah 31 Desember. Tes dihapus karena Food and Drug Administration (FDA), yang bertanggung jawab untuk menyetujui penggunaan perangkat medis dan vaksin, telah mengesahkan ratusan tes spesifik covid lainnya yang serupa dengan CDC.
Penghentian, yang hanya berlaku untuk tes yang diproduksi CDC dan bukan tes diagnostik lain yang diizinkan untuk digunakan oleh FDA, juga akan membiarkan CDC memfokuskan sumber dayanya pada pengujian pengawasan kesehatan masyarakat dan aktivitas respons lainnya.
Juru bicara CDC, Jasmine Reed mengatakan bahwa badan itu juga ingin mendorong laboratorium untuk mulai menggunakan tes yang dapat mendeteksi virus influenza dan Covid-19 dalam swab yang sama, untuk menghemat waktu dan sumber daya. CDC memiliki tes sendiri yang dapat mendeteksi dan membedakan Covid-19 dan virus influenza A dan B.
USA TODAY menghubungi CDC untuk memberikan komentar. Berdasarkan penelitian USA Today, klaim bahwa CDC menarik penggunaan tes PCR dan mengakui tidak dapat membedakan antara flu dan Covid-19 adalah salah. CDC menarik tes itu, tetapi tidak ada hubungannya dengan flu.
Tes PCR yang dibuat agensi ini tidak diperlukan karena ratusan tes dari perusahaan swasta telah memenuhi kebutuhan dan disetujui oleh FDA. Tes CDC dengan benar menunjukkan hasil positif hanya untuk Covid-19.