REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah Indonesia menetapkan aturan bagi pelaku perjalanan internasional untuk membayar pelayanan karantina. Sebab, pemerintah hanya menanggung biaya karantina untuk Pekerja Migran Indonesia (PMI), pelajar, dan Aparatur Sipil Negara (ASN). Bagi mereka di luar kategori tersebut, dapat memesan hotel atau apartemen yang disediakan oleh Perhimpunan Hotel dan Restauran Indonesia (PHRI) melalui situs https://quarantinehotelsjakarta.com/.
Hotel yang ditawarkan terdiri dari bintang 5 hingga 2 dengan tarif mulai dari Rp 7 juta. Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan pada dasarnya setiap pelayanan yang diberikan semua hotel sama, meliputi gratis tes PCR dua kali, konsumsi tiga kali yang diantar ke kamar, penjemputan di bandara, dan laundry.
“Kalau yang namanya karantina itu tidak menikmati fasilitas hotel. Karantina berbeda dengan berlibur. Yang ditawarkan hotel bintang 2 hingga 5 pada dasarnya sama,” kata Maulana kepada Republika.co.id, Kamis (30/12).
Dia menyebut hotel bintang 2 hingga 5 tidak bisa disamakan karena kualitas hotel berbeda. Setiap hotel memiliki segmentasi pasar berbeda. “Hotel bintang 2 hingga 5 menyesuaikan segmen pasar. Mereka yang terbiasa di hotel bintang 5 tidak mau bermalam di bintang 2, begitu juga sebaliknya,” ujar dia.
Para tamu bisa melihat penjelasan detail informasi tersebut melalui situs PHRI sekaligus memesannya. Salah satu hotel bintang 5 yang menjadi incaran adalah Grand Hyatt. Terletak di Jl. M.H. Thamrin No.Kav. 28-30, Jakarta Pusat, Grand Hyatt menawarkan lima tipe kamar berbeda dengan durasi karantina 10 hari. Jenis kamar meliputi Grand Room (50 m²), Grand Deluxe (50 m²), Grand Suite (75 m²), Premier Suite (100 m²), dan Capital Suite (100 m²).
Untuk tarifnya mulai dari Rp 21 juta hingga Rp 79 juta. Director of Marketing Communications at Grand Hyatt Jakarta Chris Andre mengatakan di Grand Hyatt, para tamu mendapat kredit makanan sebesar Rp 600 ribu setiap hari yang bisa dipakai untuk membeli makanan. Ada enam restoran berbeda yang menyediakan makanan lokal, Jepang, dan Barat. Para tamu bisa memesan melalui in-room dining service.
Selain pelayanan karantina dasar, Chris mengatakan para tamu juga bisa berolahraga selama karantina. Nantinya, pihak hotel akan menyediakan fasilitas olahraga, seperti barbel, karpet yoga, atau bola yoga.
Hotel bintang 5 lain yang juga tak kalah populer adalah The Sultan Hotel & Residence yang terletak di Jalan Gatot Subroto, Jakarta Pusat. The Sultan menawarkan pilihan yang lebih bervariasi. Jenis kamarnya terdiri dari Grand Deluxe Room (45 m²) dan Junior Suite (89 m²) untuk hotel dan 2 Bedrooms (150 m²) serta 3 Bedrooms (209 m²) untuk apartemen. Selain jenis kamar, jumlah hari karantina pun juga berbeda, ada yang 14 hari dan 10 hari.
“Beberapa kamar kami ada akses ke balkon. Tipe ini yang sangat laris karena kalau karantina tamu cenderung bosan. Jadi, kalau ada balkon, mereka bisa menikmati fresh air,” kata Marketing Communications Manager The Sultan Hotel & Residence Jakarta, Indira Puliraja.
Untuk menu makanannya, para tamu juga bisa memilih sendiri yang akan diantar ke kamar sesuai jadwal. Ada makanan Barat, Asia, lokal, dan vegetarian. Indira menjelaskan, pendapatan hotel untuk penerimaan kedatangan tamu luar negeri sangat besar. Bahkan bisa menghasilkan jumlah milyaran.
“Bisnis ini menjanjikan di tengah pandemi. Kalau The Sultan agak berjuang karena tidak bisa mengadakan acara pernikahan jumlah besar atau rapat kapasitas normal. Dengan terdaftarnya The Sultan sebagai hotel yang bisa menerima layanan karantina, itu sangat menguntungkan bagi kami,” ujar dia.
Republika.co.id mencoba menelusuri lebih lanjut terkait pelayanan karantina di hotel bintang 2. Sayangnya, semua pihak hotel yang terdaftar di situs PHRI tidak berkenan diwawancarai. Namun, dari pantauan situs web, informasi yang tertulis hanya terbatas pelayanan dasar, yaitu tes PCR dua kali, laundry, konsumsi tiga kali sehari, dan penjemputan bandara. Tidak ada penjelasan lebih detail terkait menu makanan atau pelayanan lain yang ditawarkan. Namun, yang terlihat berbeda adalah ukuran kamar lebih sempit dengan rata-rata 18 m².