Rabu 29 Dec 2021 04:16 WIB

Angga Yunanda Deg-degan Dansa Bersama Putri Marino

Angga Yunanda dan Putri Marino melakukan reading secara virtual.

Rep: Rahma Sulistya/ Red: Qommarria Rostanti
Angga Yunanda deg-degan saat beradegan dansa dengan lawan mainnya, Putri Marino.
Foto: Rahma Sulistya/Republika
Angga Yunanda deg-degan saat beradegan dansa dengan lawan mainnya, Putri Marino.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aktor Angga Yunanda kembali membintangi film garapan sutradara dan penulis Gina S Noer. Setelah sukses dengan Dua Garis Biru pada 2019 lalu, kini Angga membintangi film Cinta Pertama, Kedua & Ketiga.

Pengerjaan syuting yang dilakukan saat pandemi, membuat Angga deg-degan untuk beradegan dansa dengan lawan mainnya, Putri Marino. Pasalnya, selama proses reading yang biasa dilakukan tatap muka, selama pandemi harus dilakukan virtual.

Baca Juga

“Aku sama Putri belum pernah ketemu langsung sebelum kami ketemu di Jakarta untuk pertama reading, selama reading benar-benar virtual aja. Jadi awalnya agak deg-degan,” ucap Angga dalam konferensi pers di XXI Epicentrum Jakarta, Selasa (28/12).

Film Cinta Pertama, Kedua & Ketiga ingin menyampaikan pesan bagaimana dansa atau menari, menjadi salah satu hal yang bisa dilakukan untuk menghadapi berbagai masalah. Angga dan Putri pun juga melakukan gerakan dansa yang bisa dibilang cukup intim.

Awal latihan, Angga sempat bingung karena tidak ada partner latihan. Belum lagi kekhawatiran Angga dengan pertemuan pertama yang bisa saja canggung karena cocok di virtual belum tentu cocok di dunia nyata. “Itu yang jadi ketakutan aku,” kata Angga.

Hingga tiba waktunya pertama kali Angga bertemu Putri, ia langsung dihadapkan dengan dance intim tersebut. Namun hal ini justru membuat bonding keduanya menjadi lebih baik dan lebih cepat.

“Jadi bisa dibayangin deg-degan-nya, belum pernah kenal personal, belum kenal langsung, terus tiba-tiba disuruh gendong-gendongan, terus mesra-mesraan sambil dance itu cukup pressure,” kata Angga.

Film keluarga yang reflektif dan menghangatkan hati ini akan menjadi pembuka film Indonesia yang tayang di bioskop pada 2022. Film ini mengulik bagaimana sebuah keluarga terbentuk dalam keadaan tersulit dan tidak ideal. Dua keluarga dengan orang tua tunggal, anak yang mendewasa di rantai sandwich generation, dan yang menjadi pengurus orang tua yang sakit. Mereka bertemu di masa pandemi, tetapi tetap bisa "lincah berdansa" dengan hidup untuk menemukan cinta, humor, dan harapan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement