REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli diketahui masih mendalami lebih jauh bagaimana efektivitas vaksin Covid-19 yang ada saat ini terhadap varian Covid omicron. Namun, CEO Pfizer Albert Bourla, melihat bahwa kebutuhan vaksin dosis keempat mungkin akan lebih cepat dibutuhkan.
Hal itu disampaikannya kepada CNBC, dilansir Ahad (12/12). Berdasar penelitian awal menunjukkan varian omicron baru dapat merusak antibodi pelindung yang dihasilkan oleh vaksin yang dikembangkan dengan BioNTech.
Komentar Bourla pun muncul setelah perusahaan merilis hasil dari studi laboratorium awal pada yang menunjukkan tiga suntikan vaksin Covid-19 Prizsr dapat secara signifikan melindungi terhadap varian baru. Bourla mengatakan, perusahaan dapat memberikan vaksin yang ditingkatkan pada Maret 2022 jika diperlukan.
“Ketika kami melihat data dunia nyata, itu akan menentukan apakah omicron tercakup dengan baik oleh dosis ketiga dan untuk berapa lama. Dan poin kedua, saya pikir kita akan membutuhkan dosis keempat,” kata Bourla kepada CNBC.
Dia menambahkan memang masih belum jelas kapan dosis keempat akan dibutuhkan. Diperlukan untuk menunggu dan melihat bagaimana perkembangan selanjutnya.
“Kita mungkin membutuhkannya lebih cepat,” kata Bourla.
Dia menekankan sangat penting untuk memberikan dosis saat musim dingin. Hal ini karena orang menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan pada ruang yang tidak berventilasi. Dia sangat percaya bahwa dosis ketiga atau booster akan memberikan perlindungan yang sangat baik.
CEO Pfizer juga mengatakan, obat antivirus perusahaan Paxlovid juga akan membantu mencegah rawat inap. Bulan lalu, Pfizer mengajukan aplikasinya untuk otorisasi darurat obat tersebut. Bourla mengatakan dia mengharapkan pil itu menunjukkan pengurangan 89 persen dalam rawat inap serta kematian.
Bourla juga mengantisipasi varian baru yang akan terus muncul di masa depan. Selain itu, perusahaan sedang memantau untuk melihat apakah penyesuaian vaksin akan diperlukan.
Ketika negara-negara berjuang untuk meluncurkan penguat vaksin Covid-19, kelompok penasihat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memutuskan untuk tidak mendukung peluncuran suntikan booster secara luas. Kelompok Ahli Penasihat Strategis (SAGE) mengatakan negara-negara miskin tunduk pada ketidaksetaraan vaksin dan bahwa dosis pertama harus menjadi prioritas.
WHO telah mendukung vaksin ketiga atau suntikan booster untuk mereka yang kekebalannya terganggu atau menerima vaksin Covid-19 yang tidak aktif. Tetapi para ahli WHO mengatakan tidak ada cukup data mendesak tentang perlunya booster untuk menghadapi varian omicron. Sebelumny WHO mengatakan varian baru dapat mengubah arah pandemi.
"Fitur tertentu dari omicron, termasuk penyebaran global dan sejumlah besar mutasi, menunjukkan bahwa itu bisa berdampak besar pada perjalanan pandemi," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus dalam konferensi pers.