REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Peneliti Inggris sudah mulai mencari tahu apakah mencampurkan vaksin adalah cara yang efektif untuk melindungi seseorang dari Covid-19. Mereka menemukan bahwa menyuntikkan satu dosis vaksin Pfizer disusul vaksin Moderna sebagai dosis kedua menghasilkan respons sistem kekebalan yang lebih baik daripada hanya dua dosis Pfizer.
Kesimpulan itu didapat oleh para peneliti di University of Oxford. Mereka meneliti respons sistem kekebalan dari 1.070 subjek yang menggunakan beberapa kombinasi vaksin yang dikembangkan Oxford-AstraZeneca, Pfizer-BioNTech, Novavax, dan Moderna.
"Yang menggembirakan, semua ini menghasilkan konsentrasi antibodi di atas dua dosis Oxford-AstraZeneca," kata Kepala penyelidik dalam uji coba tersebut, Profesor Matthew Snape, dilansir Fox News pada Jumat (10/12).
Individu yang menggunakan AstraZeneca diikuti oleh Moderna atau Novavax juga menghasilkan antibodi dan respons sel T yang lebih tinggi daripada mereka yang menggunakan dua dosis AstraZeneca. Dosis Pfizer diikuti oleh Novavax menghasilkan hasil yang lebih baik daripada dua dosis AstraZeneca, tetapi respons sistem kekebalan lebih rendah daripada dua dosis Pfizer.
"Ketika berbicara tentang kekebalan sel, memiliki dosis pertama vaksin Oxford-AstraZeneca diikuti oleh salah satu vaksin penelitian lainnya menghasilkan respons yang sangat kuat," ujar Snape.
Berdasarkan rekomendasi Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat saat ini, orang Amerika boleh mendapatkan vaksin dari merek yang berbeda saat mendapatkan suntikan booster. Pejabat kesehatan Uni Eropa juga mendukung pencampuran vaksin.
Mereka mengatakan bahwa pencampuran vaksin dapat menyebabkan meluasnya respons kekebalan terhadap Covid-19. Sementara itu, sebuah studi skala kecil yang dilakukan di Afrika Selatan menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 berbasis mRNA dari Pfizer-BioNTech 40 kali kurang efektif dalam melawan omicron.