REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seri kuliah gratis bertema “Post Human & Art” yang digelar Korea Foundation bersama ARCOLABS secara daring melalui zoom dan youtube mendapat sambutan hangat dari ratusan peserta yang mengikutinya. Mereka terdiri dari mahasiswa, pelaku seni rupa, desain, sains, dan masyarakat umum Indonesia.
Direktur Korea Foundation cabang Jakarta, Bae Sung Won mengatakan, masyarakat bisa melihat aktivitas pertukaran dan kerjasama yang aktif di berbagai bidang seperti seni tradisional dan K-pop. Akan tetapi tampaknya aktivitas pertukaran di bidang seni rupa kontemporer masih tergolong lemah.
"Oleh karena itu, Lecture Series on Posthuman & Art yang diadakan ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan untuk mempromosikan pertukaran seni kontemporer, yang saat ini menjadi poros penting dalam dunia seni, serta mampu menciptakan ikatan masa depan bersama melalui berbagai macam kerjasama," katanya saat memberikan sambutan, Kamis (9/12).
Unhappy Circuit, seorang seniman media baru Korea yang memberikan materi seri kuliah pertama menyatakan dirinya menyukai suka science fiction yang sebelumnya hanya dianggap imajinasi tontonan atau bacaan saja. Kini manusia hidup pada saat sains fiksi itu nyata.
"Oleh karena itu saya merasa apa yang dilihat pada saat saya kecil bisa diekspresikan melalui karya seni. Saat ini saya sangat tertarik pada tema hubungan manusia dengan semesta. Melalui karya, saya berharap dapat memperluas pemahaman akan kemanusiaan dan peradaban manusia," ungkapnya saat presentasi kuliah.
"Kadang saya bertanya pada diri sendiri mengapa saya terus membuat karya seperti ini. Saya sangat senang mendapat kesempatan untuk berbagi kepada Anda semua seperti hari ini, sehingga saya merasa yang saya lakukan juga bermanfaat bagi orang lain," kata Unhappy menambahkan.
Ia berharap dengan ini dapat mendorong seniman muda dan mahasiswa seni Indonesia untuk termotivasi untuk berkreasi sendiri. Karyanya sendiri didasarkan pada konvergensi berbagai disiplin ilmu, seperti seni, astronomi, biologi, ilmu data, dan linguistik.
Bob Edrian, seorang kurator dan penulis yang memoderatori acara melihat gagasan Post Human diwakili oleh rangkaian kekaryaan seniman mulai dari musik, kecerdasan buatan, hingga pesan interstellar.
"Kita juga melihat bagaimana kemungkinan seni dan teknologi bergabung bisa menghasilkan banyak varian baru. Seni bisa memicu manusia untuk berpikir dengan perspektif yang lain," jelasnya.
Sementara pihak penyelenggara ARCOLABS, Evelyn berharap seri kuliah hari ini dapat memotivasi seniman, mahasiswa, dan semua yang hadir untuk terus berkreasi dan berkarya. Selain itu juga dapat mengkaji arus global praktik seni media baru yang mengejar kecenderungan baru menuju estetika pascamanusia.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam bahasa Korea dan Indonesia dengan penerjemah dan para peserta pun mendapatkan sertifikat elektronik.